Menurut Lambert, polifenol dalam teh hijau berinteraksi dengan enzim pencernaan yang disekresikan di usus kecil.
"Dan sebagian menghambat pemecahan karbohidrat, lemak dan protein dalam makanan," sambungnya.
Jadi, jika seekor tikus tidak mencerna lemak dalam makanannya, lemak dan kalori yang terkait dengannya melewati sistem pencernaan tikus dan akhirnya keluar dalam jumlah tertentu melalui kotorannya.
Baca juga: Burung Hantu Kena Obesitas ini Jalani Program Diet, Apakah Berhasil?
Lambert menjelaskan tikus yang diobati dengan ekstrak teh hijau dan olahraga, mungkin sangat signifikan memiliki ekspresi gen yang lebih tinggi terkait dengan pembentukan mitokondria baru.
Ekspresi gen itu penting, kata dia, karena memberikan penanda yang akan membantu peneliti memahami mekanisme polifenol teh hijau dan olahraga dapat bekerja sama untuk mengurangi timbunan lemak hati.
Peneliti mengukur ekspresi gen yang diketahui terkait dengan metabolisme energi dan memainkan peran penting dalam pemanfaatan energi.
"Pada tikus yang menjalani pengobatan kombinasi, kami melihat peningkatan ekspresi gen yang tidak ada di sana sebelum mereka mengonsumsi ekstrak teh hijau dan berolahraga," jelas Lambert dalam penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Nutritional Biochemistry.
Baca juga: Studi: Wanita Minangkabau dan Sunda Berisiko Obesitas karena Makanannya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.