KOMPAS.com - Obesitas menyebabkan berbagai jenis penyakit, salah satunya lemak hati. Studi terbaru mengungkapkan ekstrak teh hijau bisa mengobati penyakit ini.
Obesitas dan diabetes tipe 2 memiliki prevalensi faktor risiko tinggi yang menyebabkan potensi penyakit lemak hati diperkirakan akan menimpa lebih dari 100 juta orang di dunia pada 2030.
Saat ini, tidak ada terapi yang valid untuk mengatasi penyakit lemak hati yang banyak dialami orang di dunia.
Melansir Sci News, Rabu (19/2/2020), penelitian yang dipimpin Dr. Joshua Lambert dan timnya dari Pennsylvania State University menunjukkan terapi yang tepat untuk penyakit lemak hati.
Pada penelitian sebelumnya, menunjukkan bagaimana ekstrak teh hijau dan olahraga yang dilakukan bersama dapat mengurangi massa tubuh dan meningkatkan kesehatan jantung tikus yang diberi makan lemak tinggi.
"Saya percaya, orang harus melakukan banyak aktivitas fisik dan mengganti minuman berkalori tinggi dengan teh hijau tanpa kafein adalah langkah cerdas (kurangi lemak hati)," ujar Lambert.
Menurut dia, dengan menggabungkan keduanya mungkin memiliki manfaat kesehatan bagi orang-orang yang memiliki penyakit ini.
"Namun, kami belum memiliki data klinis," kata Lambert.
Dalam studi baru yang dilakukan, tikus yang diberi makanan tinggi lemak selama 16 minggu mengonsumsi esktrak teh hijau dan olahraga secara teratur dengan menggunakan roda.
Dari penelitian itu, ditemukan adanya simpanan lemak dalam hati tikus tersebut hanya seperempat dari yang terlihat pada tikus yang tidak melakukan terapi ini.
Tikus yang diobati dengan ekstrak teh hijau saja atau berolahraga sendiri, memiliki sekitar setengah lebih banyak lemak dalam hati mereka.
Selain menganalisa jaringan hati tikus, penulis juga mengukur kadar protein dan lemak dalam tinja mereka.
Mereka menemukan, tikus yang mengonsumsi ekstrak teh hijau dan berolahraga memiliki kadar lemak dan protein yang lebih tinggi dalam tinja.
"Dengan memeriksa hati tikus-tikus ini, setelah penelitian. Kami melihat tikus yang mengonsumsi ekstrak reh hijau dan olahraga sebenarnya memproses nutrisi secara berbeda," jelas Lambert.
Tubuh tikus secara alami menangani atau mengolah makanan yang dikonsumsi secara berbeda.
Menurut Lambert, polifenol dalam teh hijau berinteraksi dengan enzim pencernaan yang disekresikan di usus kecil.
"Dan sebagian menghambat pemecahan karbohidrat, lemak dan protein dalam makanan," sambungnya.
Jadi, jika seekor tikus tidak mencerna lemak dalam makanannya, lemak dan kalori yang terkait dengannya melewati sistem pencernaan tikus dan akhirnya keluar dalam jumlah tertentu melalui kotorannya.
Lambert menjelaskan tikus yang diobati dengan ekstrak teh hijau dan olahraga, mungkin sangat signifikan memiliki ekspresi gen yang lebih tinggi terkait dengan pembentukan mitokondria baru.
Ekspresi gen itu penting, kata dia, karena memberikan penanda yang akan membantu peneliti memahami mekanisme polifenol teh hijau dan olahraga dapat bekerja sama untuk mengurangi timbunan lemak hati.
Peneliti mengukur ekspresi gen yang diketahui terkait dengan metabolisme energi dan memainkan peran penting dalam pemanfaatan energi.
"Pada tikus yang menjalani pengobatan kombinasi, kami melihat peningkatan ekspresi gen yang tidak ada di sana sebelum mereka mengonsumsi ekstrak teh hijau dan berolahraga," jelas Lambert dalam penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Nutritional Biochemistry.
https://sains.kompas.com/read/2020/02/19/170300223/studi-baru-buktikan-manfaat-teh-hijau-obati-lemak-hati-pada-obesitas