Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gas Aneh Dekati Jantung Galaksi Bima Sakti, Mungkinkah Lubang Hitam?

Kompas.com - 17/02/2020, 19:46 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Namun, alih-alih mencari lubang hitam, para peneliti mencari efek lubang hitam pada benda lain di ruang terdekatnya.

Ahli astrofisika Shunya Takekawa dari Observatorium Astronomi Nasional Jepang dan rekan-rekannya telah mempelajari gerakan awan gas berkecepatan tinggi di pusat galaksi Bima Sakti.

Baca juga: Tiba-tiba Bersinar, Ada Apa dengan Lubang Hitam di Jantung Galaksi Kita?

Makalah penelitian ini telah dipublikasikan di The Astrophysical Journal.

Sebelumnya, para peneliti ini menggunakan metode pelacakan gas untuk mengidentifikasi kandidat lubang hitam massa menengah yang akan menghasilkan peristiwa cakrawala.

Sekarang, para peneliti menerapkannya pada awan gas berkecepatan tinggi yang disebut HCN-0.085-0.094.

Awan gas ini terdiri dari tiga rumpun lubang hitam yang lebih kecil, salah satunya tampak berputar tetapi tidak bertambah.

"Salah satu dari tiga rumpun memiliki struktur seperti cincin dengan gradien kecepatan yang sangat curam," tulis para peneliti pada makalah itu.

Baca juga: Terungkap, 11,5 Miliar Tahun Lalu Bima Sakti Pertama Kali Terbentuk

Struktur kinematis ini, kata peneliti, menunjukkan orbit di sekitar objek seperti dengan massa matahari. Tidak adanya bintang menunjukkan objek tersebut seperti titik lubang hitam yang diam.

Untuk perbandingan praktis, pada rentang massa itu, horizon peristiwa lubang hitam akan sedikit lebih besar dari Uranus atau Neptunus.

Perilaku aneh gumpalan gas dan debu bukan satu-satunya cara untuk menemukan lubang hitam massa sedang.

Di antara pengamatan kandidat lainnya, sebuah bintang tertangkap bergerak dengan kecepatan luar biasa dari pusat galaksi Bima Sakti yang berada pada lintasan ke ruang intergalaksi.

Analisis menunjukkan lubang hitam massa menengah adalah hal yang paling mungkin untuk memberikan bintang itu tendangan yang dibutuhkan untuk mencapai kecepatan seperti itu.

Ada juga flare luar biasa dari radiasi multi-panjang gelombang yang dimulai pada tahun 2003, dan secara bertahap mereda selama satu dekade.

Distribusi foton menunjukkan itu adalah lubang hitam massa menengah, beberapa puluh ribu massa matahari.

Analisis pengamatan tindak lanjut yang baru dirilis mendukung ini, menjadikannya salah satu kandidat terbaik, tetapi masih 740 juta tahun cahaya.

Baca juga: Misteri Bobot Galaksi Bima Sakti Akhirnya Terpecahkan

Pusat galaksi jauh lebih dekat, yang berarti jika kita menemukan lubang hitam massa menengah di sana, lubang hitam ini mungkin akan lebih mudah dipelajari.

Hal itu bisa membantu peneliti mencari tahu dan menjawab pertanyaan seperti, "bagaimana mereka terbentuk?" dan "bagaimana lubang hitam supermasif terbentuk?".

Sejauh ini, hasil penelitian menunjukkan gumpalan awan gas yang berputar-putar di jantung Bima Sakti adalah metode yang dapat diandalkan untuk mencari kandidat lubang hitam massal menengah.

Namun, hingga saat ini para peneliti belum dapat mengonfirmasi secara pasti, apakah salah satu dari gumpalan awan gas aneh di jantung galaksi Bima Sakti tersebut adalah lubang hitam massa menengah, sedang atau supermasif.

Baca juga: Peneliti Harvard: Radiasi Lubang Hitam Bisa Ciptakan Kehidupan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau