Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terinspirasi Mangrove, Alat ini Mungkin Bisa Jadi Solusi Hadapi Banjir

Kompas.com - 25/02/2020, 11:02 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com - Terinsipirasi mangrove atau pohon bakau, peneliti ciptakan alat untuk menjernihkan air akibat banjir. Mungkin ini bisa menjadi solusi alternatif untuk hadapi banjir Jakarta, atau daerah lain.

Melansir The Guardian, Senin (24/2/2020), para peneliti mengatakan sistem sintetis pada pohon bakau memberi kemampuan pada tanaman itu untuk mereproduksi air dengan menghilangkan garam yang terkandung di dalam air.

Ini adalah pendekatan baru yang tidak biasa untuk membersihkan air banjir. Mangrove atau pohon bakau, sama seperti pohon-pohon lainnya.

Menggunakan sistem transportasi air, yang diperkirakan melalui penguapan uap air dari daunnya, menghasilkan tekanan negatif pada jaringan pengangkut air.

Baca juga: Kisah Mangrove Jakarta dan Burungnya yang Nyaris Tinggal Cerita

Sistem ini membantu pohon bakau menarik air ke dalam akar dan menaikkannya ke area batang.

Transportasi ini bergantung pada tekanan permukaan, faktanya, molekul air akan berinteraksi dengan dinding-dinding jaringan dan molekul air akan saling tarik-menarik satu sama lain.

Air asin dapat merusak sebagian besar bagian tanaman. Akan tetapi, pohon bakau dapat tumbuh subur dalam kondisi lingkungan asin ini.

Sebab, mereka memiliki adaptasi termasuk membran sel yang dapat mencegah garam melewatinya dengan cara yang tidak terkontrol, serta dinding sel yang mengandung zat lilin.

Baca juga: Banjir Jakarta, BMKG Sebut Curah Hujan 2020 Lebih Basah dari 2019

Hasilnya, mangrove atau tanaman bakau pada dasarnya menghilangkan garam pada air dari lingkungannya.

Penelitian yang dipublikasikan dalam Science Advances ini, peneliti mengatakan mereka telah mereproduksi proses ini dalam sistem sintesis.

Di antaranya menggunakan membran polimer yang menyaring garam pada akar, filter silika berpori halus pada batang.

Sedangkan, daun baik berdasarkan membran yang diisi hidrogel atau alumunium oksida, memiliki pori-pori kecil.

"Dalam demonstrasi tertentu, melalui penguapan sederhana, tekanan negatif yang sangat besar dihasilkan untuk mendorong aliran air melalui membran semi-permeabel, reverse-osmosis, sehingga (pohon bakau) menghilangkan garam pada air," kata Dr Jay Werber dan Dr Jongho Lee, rekan penulis dari penelitian, yang melakukan penelitian di Universitas Yale.

Keduanya mengungkapkan dalam proses industri, pompa besar dan bertekanan tinggi, banyak listrik diperlukan untuk menghasilkan tekanan tinggi untuk mendorong aliran dan desalinasi.

Dalam penelitian ini yang terpenting yakni sistem tanaman bakau ini bekerja tanpa produksi gelembung udara berkat penggunaan membran dan pori-pori kecil di batang silika.

Baca juga: Masuki Puncak Musim Penghujan, Ini Daftar Wilayah Waspada Banjir

Tim menambahkan replikasi proses alami menambah dukungan terhadap teori tentang bagaimana transportasi air di pohon bakau terjadi.

"Energi yang mendorong desalinasi dalam perangkat kita diserap dari lingkungan. Sebab, pada dasarnya, panas diserap untuk mendorong penguapan," kata Werber dan Lee.

Werber dan Lee menambahkan dalam perangkat berskala kecil, energi ini pada dasarnya sangat leluasa. Artinya, energi ini tidak disediakan sebagai listrik atau panas yang dihasilkan

"Mirip dengan cara mengeringkan pakaian pada garis pakaian tidak membutuhkan energi tambahan. Namun, mencoba meningkatkannya hingga volume besar akan sangat menantang," jelas kedua peneliti ini.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau