Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penuh Lele dan Nila, Ini Bukti Gurun Sahara Tak Setandus Sekarang

Kompas.com - 24/02/2020, 18:33 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gurun Sahara adalah daerah yang tandus, gersang dan panas. Uniknya, sebuah penelitian menunjukkan gurun ini ternyata dulu adalah daerah kaya air dan memiliki banyak spesies ikan, salah satu populasi terbanyak adalah ikan lele.

Catatan fosil, melansir Science Focus, Senin (24/2/2020) menunjukkan pada masa Holocene awal dan menengah, Gurun Sahara merupakan wilayah yang lembab dan kaya air.

Area tersebut juga dihuni orang-orang kuno, serta beragam hewan.

Para peneliti di Museum Sejarah Alam di Belgia dan Sapienza University di Roma menggali sekitar 17.551 tulang, termasuk tulang ikan, katak, buaya dan burung.

Baca juga: Berapa Umur Gurun Sahara? Debu Kuno Ini Mengungkapnya

Sebelumnya, para arkeolog ini telah menemukan bukti pada awal periode Holocene, sekitar 10.200 hingga 8.000 tahun lalu, Pegunungan Tadrart Acacus di Gurun Sahara memiliki banyak perairan.

"Sulit mengatakan berapa banyak air yang ada di sana. Selama awal periode ini, ada genangan air dengan banyak ikan, tetapi segalanya berubah sekitar 5.900 tahun yang lalu," ungkap Prof Savino di Lernia.

Manusia diketahui menetap di gurun ini, yakni dilihat dari adanya struktur batu dan perapian di daerah tersebut.

Dalam investigasi tersebut, peneliti fokus melakukan penggalian di tempat penampungan batu Takarkori di barat daya Pegunungan Acacus, Libya.

Baca juga: Peneliti Sebut Gurun Sahara Bisa Menghijau, Asal...

Melansir Newsweek, peneliti menemukan hampir sisa-sisa 18.000 spesimen, 80 persen di antaranya adalah ikan.

Dua pertiga di antaranya adalah anggota genus lele (Clariidae) dan genus Tilapia, ikan nila. Sementara itu, sisanya terdiri dari sejumlah kecil burung, reptil, moluska, dan amfibi.

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal PLOS ONE ini menyebut jika spesimen tersebut sebagian besar berasal dari periode Holocene awal atau antara 10.200 dan 4.650 tahun yang lalu.

Menariknya lagi, peneliti mengungkapkan pula bahwa sisa-sisa hewan itu adalah sisa makanan manusia karena ditemukan bekas luka serta tanda-tanda terbakar.

"Kami berharap menemukan sisa-sisa ikan di pegunungan. Meskipun jarang, sisa-sisa ikan masih ada di beberapa tempat di kawasan Sahara," jelas Savino.

Temuan ini pun memberikan gambaran selama periode tersebut, wilayah Sahara pernah dihuni oleh manusia-manusia prasejarah. Orang-orang ini kemudian menjadikan ikan sebagai bahan makanan yang penting bagi mereka.

"Studi ini menambahkan informasi baru mengenai perubahan iklim serta adaptasi budaya. Sangat menarik bahwa ikan juga umum dalam makanan para penggembala awal," kata Savino di Lernia, peneliti dari Sapienza University of Rome.

Baca juga: Misteri Ratusan Struktur Batu Berusia Ribuan Tahun di Sahara

Namun segalanya berubah sekitar 5.900 tahun yang lalu, Pegunungan Acacus menjadi semakin kering dan tak mampu lagi mempertahankan lagi air.

Kondisinya sekarang bahkan berangin dan panas. Lingkungan yang berubah ini kemudian memaksa para pemburu pengumpul yang pernah mengandalkan ikan harus beradaptasi dan mengubah pola makan mereka.

Peneliti mendokumentasikan adanya pergeseran pola konsumsi mamalia yang lebih banyak dari waktu ke waktu, yang terjadi di Gurun Sahara ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau