KOMPAS.com – Personal hygiene atau kebersihan diri serta feminine hygiene atau kebersihan area kewanitaan merupakan perkara penting dalam menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit.
Namun, harus diketahui bahwa wangi saja belum menjamin manusia sudah terlindung dari ancaman gangguan kesehatan.
“Saya yakin semua orang tahu soal ini tapi neglected. Kita tahu praktiknya, tapi ternyata tidak dilaksanakan,” kata dr. Mery Sulastri, Educator & Trainer Mundipharma Indonesia, dalam acara Peluncuran Betadine Natural Series dan penyerahan sertifikasi halal secara simbolis oleh MUI di Jakarta, Kamis (27/2/20).
Oleh karena itu, penting untuk mengetahui cara menjaga kebersihan diri dan area kewanitaan yang benar, serta dampaknya bila tidak dilaksanakan.
Baca juga: Hari Toilet Sedunia, Waspadai 6 Area dengan Kuman Terbanyak di Kamar Mandi
1. Mandi harus menggunakan sabun yang memberikan efek kesat
Kulit manusia memiliki flora normal yang dapat hidup di suasana dengan pH tertentu. Standar pH kulit manusia yaitu 5.5-6.5. Besaran pH dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti genetik, usia, jenis kelamin, kelenjar keringat, kelenjar minyak, dan lainnya.
Sabun kesat justru dapat mengurangi produksi minyak pada kulit yang berdampak pada berkurangnya pH, sehingga dapat menyebabkan iritasi dan gangguan kulit lainnya.
Dokter Mery menyarankan untuk mandi minimal sehari dua kali menggunakan sabun yang tidak mengandung SLS (Sodium Lauryl Sulfate) dan paraben.
Sayangnya, kedua bahan ini banyak ditemukan di dalam produk kosmetik.
Baca juga: Hari Toilet Sedunia, Simak 5 Langkah Tepat Membersihkan Kamar Mandi
Pada konsentrasi tinggi, SLS dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan kerusakan mata. Sedangkan paraben dapat menyebabkan perubahan hormon, memiliki efek buruk pada masa kehamilan dan pertumbuhan tubuh, serta dapat memicu kanker payudara.
Jadi, gunakan sabun yang mengandung bahan-bahan alami yang ramah untuk kulit, memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit dan dapat mempertahankan kelembaban kulit manusia.
2. Cuci tangan dengan cepat dan tidak menggunakan sabun
Penularan infeksi paling mudah dilakukan melalui tangan. Dokter Mery mengatakan bahwa sekitar 80 persen infeksi menular melalui tangan.
Oleh sebab itu, selalu cuti tangan dengan teliti sesuai saran WHO.
WHO menganjurkan pola cuci tangan yang benar dilakukan selama 20 detik karena terdapat enam langkah. Mencuci tangan harus menggunakan air mengalir dan sabun antiseptik, setelah itu, tangan harus dikeringkan karena kuman 1000x lebih banyak pada tangan yang basah. Keringkan tangan menggunakan tisu sekali pakai.
Baca juga: Spons Mandi Tak Boleh Dipakai Kelamaan, Kapan Harus Menggantinya?
3. Mengganti pembalut ketika sudah penuh
Area kewanitaan memiliki pH yang berbeda dengan bagian kulit lainnya, yaitu 3,5-4,5. Namun, pada saat menstruasi kondisi pH berubah menjadi 7,4 karena mengikuti pH darah sehingga risiko infeksi menjadi lebih tinggi.
Itulah sebabnya, saat menstruasi dianjurkan untuk mengganti pembalut setiap 4-6 jam sekali. Sedangkan pada kondisi normal, ganti pakaian dalam setiap 4-6 jam sekali atau ketika kondisi sudah lembap. Usahakan untuk menggunakan pakaian dalam yang terbuat dari katun dan jangan gunakan pakaian dalam yang telah digunakan orang lain.
Masih terkait kebersihan area kewanitaan, dr Mery berkata bahwa saat buang air kecil, alirkan air dari depan ke belakang dan tidak kembali ke bagian depan, agar bakteri di depan anus tidak berpindah ke area kemaluan. Kemudian, keringkan daerah kewanitaan agar tidak menjadi lembap.
Dr. Mery juga menegaskan untuk menggunakan sabun khusus area kewanitaan, bukan sabun mandi, yang memiliki pH sesuai standar pH di area kemaluan agar mengurangi resiko keputihan, gatal-gatal, bau tidak sedap, dan iritiasi.
Baca juga: Pilih Sabun Mandi secara Bijak, Mari Cegah Resistensi Bakteri
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.