Umumnya, orang akan merasa frustrasi ketika tindakan atau keinginannya dicegah atau dihambat atau terhambat.
Ekspresi tindakan bermacam-macam, salah satunya dapat berupa tindakan agresif seperti "penyerangan".
"Konsep Frustrasi-Agresi ini harus dilihat dalam konteks analisis teoretis ya. Tidak berarti bahwa si ibu akan mengakui bahwa dia "frustrasi" seperti yang dikenal awam," kata Endang kepada Kompas.com, Senin (24/2/2020).
Doktor Psikologi Sosial lulusan UI itu melihat, ada dua kemungkinan yang tampak dari kejadian tersebut. Frustrasi bisa bersumber dari faktor eksternal maupun internal yang bersifat personal.
Faktor eksternal
Pertama yang jelas terlihat adalah dari faktor eksternal (dari luar individu), yaitu saat petugas keamanan menegur ibu itu di depan umum.
Sebaik dan sesopan apapun teguran itu diberikan, si ibu merasa "dipermalukan".
Perasaan dipermalukan itu yang kemudian secara spontan menimbulkan rasa tidak terima, rasa tidak nyaman, dan merasa kepentingannya terganggu.
Kepentingannya terganggu, dalam hal ini adalah menaruh barang bawaan di tempat duduk yang seharusnya berfungsi sebagai tempat untuk duduk, bukan untuk barang.
Seperti kita tahum KRL sudah menyediakan tempat khusus rak untuk barang atau bagasi di bagian atas.
Faktor internal
Kedua adalah faktor internal atau personal dari dalam diri.
Endang menduga, saat kejadian, ibu tersebut sebelumnya sedang dalam keadaan stres karena keletihan fisik dan emosi, misalnya.
"Namun faktor ini yang tidak diketahui jelas," kata Endang.
Selain sisi psikologis, Endang juga menyoroti dari sudut pandang budaya.