Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stunting Berisiko Anak Jadi Pendek, Kenali Penyebab dan Pencegahannya

Kompas.com - 16/02/2020, 17:04 WIB
Amalia Zhahrina,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.COM - Kondisi malnutrisi pada ibu dan anak di Indonesia kian memprihatinkan. Salah satu riset kesehatan dasar pada 2018 mencatat bahwa sebanyak 30,8 persen anak di Indonesia mengalami stunting.

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis. Stunting pada anak dapat dilihat dari ukuran tubuhnya yang lebih pendek dari anak-anak seusianya. Anak stunting dipastikan berukuran pendek, tetapi anak pendek tidak selalu stunting.

Lalu, apa penyebab dari stunting? Bagaimana cara mencegahnya?

Menurut dr. Juwalita Surapsi , M.Gizi, Sp.GK, penyebab utama stunting adalah gizi yang kurang maupun tidak seimbang pada ibu hamil atau anak.

Baca juga: Pernah Bingungkan Moeldoko, Apa Itu Stunting dan Bagaimana Efeknya?

Oleh karena itu, stunting merupakan masalah yang terjadi dalam satu siklus. Artinya, jika seorang remaja stunting yang tidak terdeteksi nutrisinya lalu menjadi ibu hamil, dia akan melahirkan anak yang juga mengalami stunting. Sehingga, siklus ini harus segera dapat dipatahkan.

Selain itu, berikut determinasi utama stunting pada anak di Indonesia yang dijelaskan oleh Juwalita saat ditemui pada acara yang diselenggarakan Grid Health dan Danone (14/02/2020):

• Asi tidak ekslusif pada 6 bulan pertama

ASI merupakan satu-satunya makanan yang lengkap dan ideal untuk bayi hingga usia enam bulan, karena ASI mengandung seluruh nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi. Juwalita mengatakan, program pemberian ASI ekslusif harus ditekankan kepada ibu untuk bayinya hingga usia enam tahun.

“Karena kadang orang baru melahirkan ada rasa khawatir tidak bisa ngasih ASI ke bayinya, nanti khawatir ga cukup, belum lagi masalah baby blues. Berarti kalau kita tahu kemungkinan akan mengalami itu, seharusnya dari awal udah dilakukan edukasi untuk persiapan menyusui,” sambungnya.

• Status ekonomi keluarga yang rendah
• Kelahiran prematur
• Panjang badan baru lahir yang pendek
• Ibu yang pendek
• Tingkat pendidikan orang tua rendah, dan
• Anak yang tinggal di daerah miskin perkotaan dan di daerah perdesaan

Jika seorang bayi mengalami stunting, ia akan memiliki dampak jangka pendek dan panjang dalam hidupnya. Jangka pendek yang dialami adalah adanya gangguan perkembangan otak, sistem kekebalan tubuh yang melemah, dan memiliki IQ yang rendah.

Ilustrasi Balita StuntingShutterstock Ilustrasi Balita Stunting

Sementara itu, dampak jangka panjang berupa kehilangan produktivitas, kematian dini, perawakannya lebih kecil, dan berisiko besar terjangkit diabetes dan kanker.

“Anak-anak stunting cenderung mengalami obesitas, padahal obesitas adalah salah satu faktor risiko untuk diabetes, penyakit jantung, kanker. Sehingga anak-anak stunting rata-rata kualitas kesehatannya jelek kedepannya, jadi anak pendek jangan dianggap gapapa,” ujar Juwalita.

Namun, kabar baiknya stunting dapat dicegah melalui pada 1.000 hari pertama. Ini merupakan periode janin dalam kandungan hingga bayi berusia dua tahun. Cara yang paling utama adalah memastikan bahwa ibu yang hamil dan menyusui memiliki status gizi yang baik.

Baca juga: Kebersihan Sanitasi Berkaitan dengan Tingkat Stunting, Ini Sebabnya

“Dalam arti, ibu itu tinggi dan berat badannya harus sesuai, kemudian dia tidak boleh anemia, sehingga kalo ibu ini tau dia hamil, dia dia harus segera cek. Kalau memang anemia dia butuh suplementasi zat besi dan folat sehingga kecukupan gizi, diharapkan pertumbuhan janin akan optimal,” imbuh Juwalita.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau