KOMPAS.com - Laki-laki dan perempuan yang tinggal di perkotaan atau daerah urbanisasi, cenderung berisiko tinggi terhadap gangguan hormonal yang dapat memengaruhi kualitas sperma dan sulit punya keturunan.
"Kita yang hidup di daerah urban, peneliti menyebutkan gangguan hormonal ini banyak ditemukan di perkotaan karena polusi udara," kata Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan, Dr dr Kanadi Sumapraja SpOG-KFER MSc, Jakarta, Kamis (13/2/2020).
Satu dari 10 perempuan terkena penyakit endometriosis, di mana penyakit ini dapat memicu infertilitas atau ketidakmampuan memiliki keturunan.
Ironisnya, kata dia, pada perempuan yang tinggal di kota urban cenderung lebih berisiko mengidap penyakit endometriosis ini.
Sebab, di daerah perkotaan atau daerah urbanisasi pada umumnya, banyak kendaraan ataupun transportasi yang menggunakan bahan bakar fosil.
Baca juga: Kualitas Sperma Pria Menurun Secara Global, Penyebabnya Ada di Rumah
Sisa pembakaran fosil tersebut melepaskan polutan yang menjadi sumber polusi udara di wilayah itu. Komponen dalam polutan itu sendiri, terdapat namanya dioksin.
Dioksin ini, kata Kanadi, adalah biang keladi dalam gangguan hormon estrogen, karena struktur kimianya sangat mirip dengan hormon perempuan.
"Jadi saat menghirup udara polutan dari fosil tadi, seperti mendapatkan ekstra estrogen," ujarnya.
Kelainan estrogen pada hormonal perempuan juga sangat berpengaruh terhadap beberapa penyakit seperti endometriosis dan mioma.
Sementara itu, dituturkan Kanadi, beberapa penelitian telah menunjukkan akibat dari polutan udara di perkotaan, hormonal laki-laki juga ikut terpengaruh.
"Makanya, kualitas sperma dari laki-laki yang tinggal di daerah perkotaan itu juga kurang," ucap dia.
Baca juga: Belum Punya Keturunan Usai Menikah? Mungkin Ini Penyebabnya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.