KOMPAS.com - Bukan kali ini saja, kelelawar menjadi tersangka atas merebaknya sejumlah virus mematikan di dunia. Bahkan, para ahli telah memperingatkan sejak lama, jauh sebelum munculnya virus corona (Covid-19) di Wuhan, China.
Pernyataan para peneliti di South China Agricultural University yang mengidentifikasi trenggiling sebagai pembawa virus corona, mengundang berbagai reaksi para ahli.
Melansir Science Media Centre, Jumat (14/2/2020), para peneliti di universitas tersebut mengatakan hasil penelitian mengidentifikasi kemungkinan pangolin sebagai inang virus Covid-19.
Namun, Profesor Andrew Cunningham dari Zoological Society of London mengungkapkan dari bukti virologi saat ini, virus hampir pasti berasal dari spesies kelelawar.
Baca juga: Ilmuwan Pernah Teliti Virus Kelelawar di Sulawesi, Ini Temuannya
"Sangat mungkin, virus yang relatif bebas, memilih berpindah dari kelelawar ke trenggiling, atau spesies lain," kata Cunningham.
Virus bisa saja muncul di pasar dengan lingkungan yang basah, atau kondisi tempat serupa yang tidak wajar. Kemudian virus melompat dari trenggiling ke manusia.
Salah satunya pernah terjadi pada penyebaran virus Hendra, Hendra paramyxoviruses.
Virus ini awalnya diketahui dibawa oleh kuda, namun ternyata virus tersebut berasal dari kelelawar, lalu melompat ke kuda, selanjutnya menginfeksi manusia.
Meskipun semua manusia yang diketahui telah terinfeksi oleh virus Hendra dari kuda, ternyata virus itu masih merupakan virus kelelawar.
Baca juga: Virus Corona sampai Ebola, Kenapa Virus dari Kelelawar Sangat Mematikan?
"Sebagian besar hewan hidup dari spesies berbeda dan tertahan di kondisi yang penuh sesak dan tidak higienis, kemudian seekor binatang datang membawa virus zoonosis yang berpotensi meningkat," jelas Cunningham.
Pasar hewan liar hidup seperti di China, kata Cunningham, memiliki kondisi yang basah. Tidak mengherankan jika tempat tersebut menjadi tempat ideal munculnya virus zoonosis.
"Seperti halnya SARS, virus corona baru (Covid-19) yang diperkirakan muncul di pasar itu," sambung Cunningham.
Dia menyarankan pentingnya pengaturan dan pengawasan ketat terhadap perdagangan satwa liar legal di masa depan. Sebab, itu merupakan prioritas tertinggi untuk perlindungan kesehatan manusia.
Dalam sebuah makalah yang dipublikasikan National Center for Biotechnology Information (NCBI) pada 11 Maret 2019 lalu, mengungkapkan populasi kelelawar yang dapat mengancam kesehatan global dan keamanan pangan.
Kelelawar telah berkontribusi besar pada kematian ribuan orang akibat virus yang ditularkan dan mewabah di sejumlah negara.
Baca juga: Tahun Lalu, Ahli China Peringatkan Potensi Virus Corona Baru dari Kelelawar