Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tahun Lalu, Ahli China Peringatkan Potensi Virus Corona Baru dari Kelelawar

Kompas.com - 09/02/2020, 17:33 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Sejak Kamis (6/2/2020), situs web pendidikan di Facebook 'Doctor of Philosophy-PhD' ramai membahas tentang sebuah jurnal berisi virus corona yang pernah diterbitkan ilmuwan Wuhan, China di awal 2019.

"Para peneliti di Wuhan menulis laporan tentang bat Coronaviruses yang diterbitkan tahun lalu. Nilai dari penelitian dan ketidakpedulian pemerintah," tulis Doctor of Philosophy-PhD dalam Facebooknya.

Beberapa orang yang membaca jurnal tersebut pun langsung memberikan sejumlah komentar.

Salah satunya dari pemilik akun Daffa Ahmad Dani yang mengkritisi pemerintah setempat kenapa tidak ada yang melarak penduduk lokal mengonsumsi kelelawar.

"Mereka sudah tahu bahwa di dalam tubuh kelelawar itu ada virus mematikan , tapi mereka tetap saja tidak melarang penduduk lokal mengkonsumsi nya . Dan sekarang lah boom nya . . . . "BATMAN BEGINS"," tulis Daffa dalam kolom komentar.

Lantas, apa isi jurnal yang ramai dibicarakan ini?

Baca juga: Update Virus Corona 9 Februari: 813 Meninggal, Terinfeksi 37.552 Orang

Jurnal berjudul "Bat Coronaviruses in China" itu terbit di jurnal viruses dan terbit pada 2 Maret 2019.

Dalam abstraknya, ilmuwan dari Laboratorium Kunci CAS untuk Patogen Khusus dan Keamanan Hayati dari Intitut Virologi Wuhan, China dan University of Chinese Academy of Sciences, Beijing, China, menjelaskan tentang tiga jenis virus corona zoonosis yang menjadi penyebab wabah penyakit berskala besar selama dua dekade terakhir.

Tiga penyakit itu adalah Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS), Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS), dan Sindrom Diare Akut Babi (SADS).

SARS dan MERS mmuncul pada 2003 dan 2012. Masing-masing penyakit itu menyebabkan pandemi yang merenggut ribuan nyawa di seluruh dunia.

Sementara SADS menyerang industri babi pada tahun 2017.

Para ilmuwan menulis, ketiga penyakit itu memiliki karakteristik yang sama, seperti ketiganya sangat patogen terhadap manusia dan ternak. Agen penyebar virus adalah kelelawar, dan dua wabah penyakit itu berasal dari China.

"Dengan demikian, sangat mungkin bahwa coronavirus seperti SARS atau MERS yang berasal dari kelelawar akan muncul di China. Dan ada kemungkinan wabah terjadi di China," tulis para ahli dalam abstrak mereka.

Yi Fan, Kai Zhao, Zheng-Li Shi, dan Peng Zhou, yang adalah penulis dalam laporan penelitian ini mengingatkan bahwa penyelidikan kelelawar terkait virus corona adalah masalah mendesak yang harus dilakukan.

Menurut mereka, jika penyelidikan kelelawar sudah dilakukan sejak awal, maka deteksi dini akan dapat dilakukan untuk meminimalkan dampak wabah di masa depan dari China.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau