Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelelawar Inang Virus SARS, Hendra hingga Covid-19, Ahli Peringatkan

Kompas.com - 14/02/2020, 20:46 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Cunningham mengatakan ada banyak alasan kuat untuk menjadikan kelelawar sebagai sumber banyak virus zoonosis yang baru muncul.

Kelelawar diburu secara luas sebagai sumber makanan. Bahkan, baik jumlah orang yang mengonsumsi kelelawar, maupun jumlah kelelawar yang diburu terus meningkat selama beberapa tahun terakhir.

Virus dari kelelawar yang ditularkan menyebabkan sindrom pernafasan akut yang parah, seperti SARS. Bahkan virus corona di dalam tubuh kelelawar juga telah menyebabkan munculnya sindrom diare babi akut (SADS-Cov) dan filovirus Ebola dan Marburg.

Menurut peneliti dalam makalah Bat Research Networks and Viral Surveillance: Gaps and Opportunities in Western Asia, secara morfologis, kelelawar memiliki keunikan.

Baca juga: Mungkinkah Kelelawar Jadi Pembawa Virus Corona?

Sebagai satu-satunya mamalia terbang, ada kemungkinan kelelawar memiliki kombinasi faktor fisiologis, imunologis dan riwayat hidup lainnya.

Kelelawar diketahui memiliki beragam kumpulan virus, sedikitnya ada 24 keluarga virus yang berkembang di tubuh mamalia ini. Satu kelompok virus paling utama yakni virus corona (CoVs), yang sebelumnya telah menjadi biang munculnya wabah SARS-CoV dan MERS-CoV.

Kelelawar kemungkinan merupakan inang asal evolusi dari α dan β-CoV dan mungkin semua Coronaviridae, termasuk dugaan inang nenek moyang dari beberapa CoV dengan signifikansi manusia dan pertanian.

Terutama Human CoV-NL63, Human CoV-229E, virus diare epidemi babi (PEDV) ), SARS-CoV, MERS-CoV, dan SADS-CoV.

Kelelawar memiliki keanekaragaman CoV yang cukup besar, dan merupakan sumber evolusi yang paling mungkin dari MERS-CoV yang ditularkan dari unta.

Namun, ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa SARS-CoV adalah virus dengan asal usul evolusi kelelawar yang pertama kali muncul di pasar basah China selatan pada tahun 2002.

Akan tetapi, juga terus menimbulkan risiko di wilayah tersebut dengan bukti adanya spillover yang berkelanjutan kepada manusia.

Seperti kemunculan virus corona jenis baru, Covid-19 yang kali pertama merebak di kota Wuhan, dari sebuah pasar satwa liar.

Virus corona ini kemudian mewabah tak hanya di negara asalnya di China, tetapi hingga ke sejumlah negara, dan telah menyebabkan puluhan ribu orang terinfeksi dan ribuan orang meninggal.

Cunningham menegaskan pentingnya memahami faktor-faktor risiko penularan virus zoonosis, agar dapat mengambil langkah untuk mencegahnya, di tempat pertama virus itu muncul tanpa memengaruhi hewan liar di mana virus itu terjadi secara alami.

"Meskipun kelelawar dianggap membawa banyak virus yang berpotensi zoonosis, mereka juga penting bagi ekosistem untuk berfungsi," ungkap dia.

Kelelawar pemakan serangga memakan sejumlah besar serangga seperti nyamuk dan hama pertanian, sementara kelelawar buah menyerbuki pohon dan menyebarkan bijinya.

"Sangat penting bahwa spesies kelelawar ini tidak dimusnahkan melalui tindakan pengendalian penyakit (infeksi virus) sesat," jelas Cunningham.

Baca juga: Update Virus Corona 14 Februari: 1.491 Meninggal, 65.247 Terinfeksi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com