Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada Antraks, Kenali Penularan, Gejala, hingga Pencegahannya

Kompas.com - 15/01/2020, 09:49 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber

"Terasa gatal dan perih. Seperti cacar itu," ujarnya.

Selain itu, bagian getah bening seperti leher, dekat telinga, atau pangkal paha juga akan membengkak.

2. Mengirup spora antraks

Jika seseorang menghirup spora antraks, gejala yang akan timbul di antaranya:

  • Demam, kelelahan, pegal-pegal, dan sakit tenggorokan
  • Sesak nafas
  • Mual
  • Batuk berdarah
  • Nyeri saat menelan
  • Perasaan tidak nyaman di dada
  • Pusing atau kebingungan
  • Berkeringat
  • Pada stadium lanjut, dapat terjadi syok (penurunan tekanan darah yang berpotensi fatal), demam tinggi, dan meningitis (radang selaput otak)

3. Makan atau minum yang mengandung spora antraks

Jika seseorang makan atau minum sesuatu yang mengandung spora seperti daging setengah matang yang terinfeksi (antraks gastrointestinal), gejala yang timbul diantaranya adalah:

  • Demam
  • Pembengkakan di leher atau kelenjar dan nyeri
  • Sulit menelan
  • Mual, kehilangan nafsu makan, dan muntah
  • Diare berdarah yang berat pada stadium lanjut
  • Sakit kepala
  • Sakit perut
  • Kemerahan pada wajah dan mata
  • Pingsan
  • Nyeri dan pembengkakan di perut

Pencegahan

Karena antraks merupakan bakteri, Munowaroh mengatakan tidak ada vaksin untuk antraks.

"Yang ada adalah pengobatan dengan menggunakan antibiotik yang luas agar bisa menjangkau bakterinya itu," ungkap Munowaroh.

"Jadi hanya bisa diberi antibiotik (untuk pengobatan manusia)," ujarnya.

Dia mengingatkan, jika ada ternak yang positif terkena bakteri antraks, dagingnya dilarang keras untuk dikonsumsi.

Setelah hewan yang positif antraks tadi mati, hewan harus dikubur dan sebelum ditutup dengan tana diberi tanah kapur gamping.

"Kedalamannya (tempat mengubur hewan) tidak boleh kurang dari satu meter, (setidaknya) dua meter. Sebelum ditutup dengan tanah, beri gamping supaya spora bakterinya tidak menyebar," ungkapnya.

Baca juga: 3 Rekor Muri Untuk Peternakan Sapi Bali di Lombok, Apa Rahasianya?

Munawaroh mengimbau kepada masyarakat luas untuk tidak mengonsumsi daging yang positif terkena antraks.

"Masyarakat dilarang keras mengonsumsi daging sapi mati apalagi sudah ada gejala antraks. Itu tidak boleh dikonsumsi," tegasnya.

Selain itu, dia juga mengingatkan dinas terkait yang ada di daerah harus melakukan pengawasan ketat untuk jual beli daging di pasar agar masyarakat tidak kecolongan.

"Penyembelihan itu hanya boleh dilakukan di rumah potong hewan. Tidak boleh dipotong di rumah. Makanya dinas yang mengurusi tentang kesehatan hewan harus ketat," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com