KOMPAS.com - Tanah lokasi penyembelihan hewan ternak di Kecamatan Ponjong, Gunungkidul positif tercemar bakteri antraks yang bernama Bacillus anthracis.
Tidak hanya berdampak pada hewan, antraks diduga telah menginfeksi 12 orang. Salah satu orang di antaranya meninggal dunia akhir 2019 lalu.
Untuk diketahui, antraks merupakan penyakit zoononis. Artinya, penyakit ini dapat ditularkan dari hewan ke manusia, tapi tidak dapat ditularkan antar sesama manusia.
Untuk lebih memahami tentang antraks dan bagaimana penularannya, Kompas.com menghubungi drh Muhammad Munawaroh. Dia adalah Ketua Umum Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI).
Baca juga: Waspada Antraks, Masyarakat Tak Perlu Takut Makan Daging
Melalui sambungan telepon, Munawaroh menjelaskan bahwa bakteri antraks dapat bertahan di tanah selama bertahun-tahun dalam bentuk spora.
"Spora itu tidak bisa mati, dia akan hidup terus," ungkapnya.
Umumnya bakteri antraks menyerang hewan ternak seperti sapi, kambing, domba, dan juga kerbau.
Karena bersifat zoononis, bakteri antraks dapat menular dari hewan ke manusia. Dan hal ini pun sering terjadi.
Setidaknya ada 3 macam cara yang bisa memicu potensi bakteri antraks dari hewan menular ke manusia.
1. Logam terbuka
Penularan pertama, misalnya manusia kontak dengan logam terbuka.
2. Menghirup spora antraks
Tidak sengaja menghirup spora juga dapat menyebabkan tertular penyakit antraks.
Salah satu gejala yang muncul bila menghirup spora antraks adalah infeksi saluran pernapasan (ISPA).
3. Mengonsumsi (makan atau minum) yang mengandung spora antraks