Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Fakta Gas Air Mata, dari Sejarah, Mitos Odol, hingga Efek Bahayanya

Kompas.com - 01/10/2019, 17:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Dalam satu kaleng gas air mata terdapat beberapa kandungan kimia seperti arang, potasium nitrat, silikon, sukrosa, potasium klorat, magnesium karbonat, dan O-Chlorobenzalmalonotrile.

Menurut ahli anestesi dari Universitas Duke, Sven-Eric Jordt, istilah gas air mata sebenarnya tidak tepat.

Pasalnya, alat pembubar massa ini secara teknis bukan gas. "Senjata" itu berbentuk bubuk yang mengembang ke udara sebagai kabut halus.

Gas untuk mengusir massa dengan cara memberikan kesengsaraan maksimal. Benda ini bekerja dengan mengaktifkan salah satu dari dua reseptor sakit, yaitu TRPA1 dan TRPV1.

Dilansir Scientific American, senyawa kimia untuk mengaktifkan TRPA1 dan TRPV1 berbeda. Dengan kata lain, gas air mata bisa dibagi menjadi dua kelompok sesuai komponen senyawa kimia penyusunnya.

Salah satu agen yang mampu mengaktifkan reseptop TRPA1 adalah 2-chlorobenzalmalonitrile atau gas CS. Agen ini adalah senyawa kimia yang mengandung klor dan bertiup ke udara sebagai partikel halus.

Jordt menyebut, senyawa ini beraksi secara kimia dengan biomolekul dan protein pada tubuh manusia yang bisa menyebabkan sensasi terbakar parah.

Baca selengkapnya: Baca juga: Bukan Kenangan, Ini Kandungan Asli Gas Air Mata yang Bikin Perih

3. Efek gas air mata

Gas air mata memicu peradangan pada selaput lendir mata, hidung, mulut, dan paru-paru.

Secara umum, gas air mata tidak mematikan namun ada yang beracun.
Biasanya, efek akan timbul sekitar 30 detik setelah terkena gas.

Gejala setelah terkena gas air mata antara lain sensasi panas terbakar di mata, produksi air mata berlebihan, penglihatan kabur, kesulitan bernapas, dan nyeri dada.

Selain itu, juga akan mengalami air liur berlebihan, iritasi kulit, bersin, batuk, hidung berair, terasa seperti tercekik, kebingungan dan disorientasi yang memicu kepanikan, kemarahan intens.

Bahkan, bila sudah terkontaminasi gas air mata dalam kadar tinggi, juga dapat menimbulkan muntah serta diare.

Baca selengkapnya: Mengenal Gas Air Mata, Kandungan hingga Tips Mengurangi Dampaknya

4. Pasta gigi bukan solusi gas air mata

Jika diamati, ada banyak demonstran yang mengoleskan pasta gigi di bawah mata. Hal ini diyakini dapat mencegah dan mengurangi rasa perih akibat gas air mata.

Namun, itu hanya mitos. Dokter mata dari Jakarta Eye Center (JEC) dr Florence Meilani Manurung, Sp.M (K) menjelaskan, odol tidak bisa menghalau gas air mata tapi hanya digunakan untuk mendinginkan kelopak mata.

"Tapi cara ini tidak tepat. Yang ada malah bahaya kalau odol masuk mata," kata Florence.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com