Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpapar Gas Air Mata Saat Demo, Adakah Efek Jangka Panjangnya?

Kompas.com - 25/09/2019, 18:06 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com - Kerusuhan kembali pecah di sekitar Gedung DPR pada Rabu (25/9/2019). Untuk mengendalikan massa, polisi pun menembakkan gas air mata ke arah kerumunan pelajar yang berdemo.

Akibat kejadian ini, salah seorang siswa SMK Sumpah Pemuda harus dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat RS Pelni, Petamburan. Kepala pejar tersebut terkena (tembakan) gas air mata dan robek.

Namun tidak hanya luka robek saja, gas air mata bisa menyebabkan sesak napas, lemas hingga pingsan, seperti yang dialami para mahasiswa dalam demo kemarin.

Gas air mata yang terbawa angin juga bisa sampai ke pemukiman warga di sekitar area kericuhan dan menganggu kenyamanan.

Baca juga: Belajar dari Demo Mahasiswa, Cara Tepat Lindungi Diri dari Gas Air Mata

Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai efek dari gas air mata, terutama efek jangka panjangnya.

Dilansir dari Gizmodo, 14 Agustus 2014, gas air mata sebetulnya dirancang hanya untuk bekerja sementara waktu dan menghilang tanpa efek permanen.

Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Toxicological Reviews pada 2013 mencapai konklusi bahwa "tidak ada bukti kalau individu yang sehat akan mengalami efek kesehatan jangka panjang dari paparan CS (senyawa 2-chlorobenzalmalononitrile dalam gas air mata) di ruang terbuka".

Namun, memang ada beberapa kasus di mana paparan gas air mata dapat meninggalkan efek permanen.

Dalam demonstrasi di Mesir pada 2013, misalnya, 37 orang meninggal karena sesak napas setelah gas air mata dilepaskan di dalam kendaraan mereka.

Laporan untuk demonstrasi yang sama juga mengungkapkan adanya korban-korban yang menjadi buta, luka parah atau meninggal karena terkena tembakan gas air mata dari jarak dekat.

Paparan gas air mata yang berlebihan juga dapat menyebabkan luka bakar pada kulit, dan bila terkena mata bisa menyebabkan kebutaan. Lalu, pada orang-orang dengan penyakit asma, gas air mata bisa memicu gangguan pernapasan yang membutuhkan perawatan panjang.

Baca juga: Sejarah Gas Air Mata, Jadi Senjata Sejak Perang Dunia I

Sven-Eric Jordt, seorang profesor farmakologi dari Yale University School of Medicine yang mempelajari cara kerja gas air mata secara neurologis, berkata bahwa ada cukup banyak contoh di mana orang-orang mengalami luka bakar parah (akibat gas air mata), terutama di ruang tertutup atau di jalanan yang kanan kirinya gedung-gedung tinggi.

"Warga yang hidup di sekitar Tahir Square di Kairo yang mendapat banyak gas air mata telah mengalami paparan jangka panjang, yang menyebabkan masalah pernapasan. Paparan jangka panjang sangat bermasalah," ujarnya.

Studi di Turki

Dalam wawancara dengan The Cut, 21 Agustus 2014, Jordt berkata bahwa tidak banyak studi yang mempelajari efek jangka panjang gas air mata terhadap individu atau sekelompok manusia.

Pasalnya, hanya ada sedikit orang yang terpapar dan terpengaruh oleh gas air mata untuk jangka waktu lama.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau