KOMPAS.com - Aksi 22 Mei 2019 lalu mendapat banyak perhatian publik. Tak terkecuali para warganet.
Mereka ramai-ramai mengomentari apa yang terjadi di depan kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) itu. Salah satu yang mendapat perhatian publik adalah penggunaan gas air mata untuk membubarkan aksi tersebut.
Tidak melulu berkomentar serius, banyak netizen justru memberikan tanggapan lucu. Bahkan, dengan kreativitas para netizen, mereka membuat percakapan fiktif antara polisi dengan warga terkait kandungan gas air mata.
Mereka menulis kandungan gas air mata mulai dari kenangan, kerinduan, bon hutang, perasaan, hingga undangan nikah mantan.
Baca juga: Efek Gas Air Mata pada Tubuh dan Penanganannya
Tentu saja, komponen asli gas air mata bukan semua hal tersebut. Kompas.com merangkumkan isi kandungan asli gas air mata yang sering digunakan untuk membubarkan massa.
Masyarakat: Pak, isi gas air mata apa sih?
Polri: ungkapan isi perasaanku yg tak tersampaikan padanya...
— Ngapain (@bryansadewa_) May 22, 2019
Namun, sebelum itu, mari kita bahas istilah gas air mata sendiri. Menurut ahli anestesi dari Universitas Duke, Sven-Eric Jordt, istilah gas air mata sebenarnya tidak tepat.
Pasalnya, alat pembubar massa ini secara teknis bukan gas. "Senjata" itu berbentuk bubuk yang mengembang ke udara sebagai kabut halus.
Gas untuk mengusir massa dengan cara memberikan kesengsaraan maksimal. Benda ini bekerja dengan mengaktifkan salah satu dari dua reseptor sakit, yaitu TRPA1 dan TRPV1.
Melansir dari Scientific American, senyawa kimia untuk mengaktifkan TRPA1 dan TRPV1 berbeda. Dengan kata lain, gas air mata bisa dibagi menjadi dua kelompok sesuai komponen senyawa kimia penyusunnya.
Salah satu agen yang mampu mengaktifkan reseptop TRPA1 adalah 2-chlorobenzalmalonitrile atau gas CS. Agen ini adalah senyawa kimia yang mengandung klor dan bertiup ke udara sebagai partikel halus.
Jordt menyebut, senyawa ini beraksi secara kimia dengan biomolekul dan protein pada tubuh manusia yang bisa menyebabkan sensasi terbakar parah.
Sensasi terbakar inilah yang menimbulkan rasa perih dan membuat keluarnya air mata. Meski ada sensasi terbakar yang cukup parah, tapi agen ini tidak mematikan.
Selain gas CS, belakangan ini ada agen lain yang digunakan untuk mengaktifkan reseptor TRPA1, yaitu gas CR (dibenzoxazepine) dan gas CN (kloroasetofenon). Keduanya memberikan efek lebih kuat dibanding gas CS.
Baca juga: Wiranto Benar, Media Sosial Memang Bisa Mengeskalasi Kerusuhan 22 Mei
Jika agen pengaktif TRPA1 sulit dibayangkan, berbeda dengan agen pengaktif TRPV1. Pasalnya, bahan penyusunnya mudah kita temui sehari-hari.
Gas air mata yang dibuat dengan mengaktifkan resptor TRPV1 adalah semprotan merica. Senyawa utamanya berasal dari capsicin yang terdapat pada cabai.
Jika masih sulit membayangkannya, Anda bisa memikirkan rasa ketika mengucek mata setelah mengulek sambal.
Meski senyawanya berupa capsaicin, gas air mata yang mengaktifkan TRPV1 dibagi menjadi dua yaury gas OC (capsaicin alami) dan PAVA (capsaicin sintetis).
Dalam menyasar pembubaran massa, gas berbasis capsaicin ini menggunakan lebih sedikit reaksi kimia atau alergi. Ini membuat efeknya lebih lama dibanding gas air mata dengan mengaktifkan TRPA1.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.