Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Efek Plasebo yang Sering Disebut pada "Cuci Otak" Terawan

Kompas.com - 14/04/2018, 20:05 WIB
Resa Eka Ayu Sartika,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beberapa hari belakangan, pemberitaan publik dipenuhi dengan kontroversi terapi cuci otak ala dokter Terawan Agus Putranto. Kasus ini menjadi perhatian setelah kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto itu diberi sanksi oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Sanksi yang diberikan berupa pemecatan sementara selama satu tahun yang disertai dengan pencabutan izin praktik Terawan.

Hal ini memicu perdebatan di kalangan publik. Apalagi, setelah banyak orang mengaku sembuh dengan terapi cuci otak ini.

Tak tinggal diam, IDI kemudian menunda amar keputusan tersebut. Meski begitu, kontroversi tentang terapi ala Terawan tak kunjung reda.

Baca juga: Kemenkes Belum Terima Surat Resmi dari IDI untuk Uji Terapi Terawan

Salah satu yang menjadi perdebatan adalah terapi cuci otak ini hanya dianggap bersifat plasebo. Namun, apa sebenarnya plasebo itu?

Mengenal Plasebo

Dirangkum dari opini A Fauzi Yahya, seorang dokter spesialis jantung dan pembuluh darah pada Harian Kompas, Rabu (11/04/2018), plasebo didefinisikan sebagai terapi obat-obatan dan prosedur medis tanpa memiliki kandungan terapi. Meski tak punya kandungan terapi, plasebo beperan untuk menghilangkan atau meredakan keluhan pasien.

"Termasuk dalam plasebo adalah bentuk komunikasi, situasi lingkungan, sentuhan tangan, dan sikap-sikap lain yang menyentuh emosi pasien," tulis Fauzi.

Efek plasebo ini biasanya bersifat subyektif pada setiap pasien. Meski berbeda-beda bagi tiap pasien; plasebo bisa meringankan kecemasan, depresi, hingga keluhan sakit pasien.

Plasebo, baik obat maupun tindakan medis, tidak mengubah perjalanan penyakit ataupun menurunkan kematian akibat penyakit tersebut.

"Jadi, jika kita kembali ke terapi cuci otak untuk mengatasi pembuluh yang tersumbat, baik di otak maupun jantung, tindakan yang bersifat plasebo tidak efektif memperbaiki aliran darah, tetapi berpotensi meringankan keluhan yang ada," tulis Fauzi.

Fauzi juga mengambil contoh yakni penderita kanker. Menurut dia, plasebo berperan mengurangi efek samping kemoterapi, tetapi tidak menghambat pertumbuhan tumor.

"Plasebo meringankan secara dramatis sesak asma, tetapi tidak memengaruhi tes faal paru," jelas Fauzi.

Lalu apa sebenarnya efek plasebo ini?

Fauzi menjelaskan, riset klinis terbaru membuktikan bahwa efek plasebo sebenarnya merupakan biopsikososial. Dia juga menyebut bahwa studi genetik masa kini telah mulai mampu mengidentifikasi pasien yang sangat responsif terhadap plasebo.

Baca juga: Terapi Cuci Otak Dokter Terawan Bisa Obati Stroke? Ini Kata Ahli

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau