Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus Corona Sulit Dihentikan, Ini yang Harus Dilakukan Dunia

Kompas.com - 29/02/2020, 10:04 WIB
Imamatul Silfia,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

Sumber Sciencemag

KOMPAS.com - Penyebaran virus corona semakin meluas dan terlihat sulit untuk dihentikan.

Dalam beberapa minggu terakhir, virus Covid-19 sudah menyebar ke Iran, Irak, Oman, Bahrain, Austria, dan Kroasia.

Setiap hari pun ada negara yang mengonfirmasi kasus baru Covid-19 di negaranya, menambah daftar panjang negara yang terinfeksi virus corona Wuhan. 

Di Italia, 10 kota di bagian utara ditutup karena virus udah menyebar di wilayah tersebut. Kemudian, Jepang melaporkan kasus-kasus baru setelah sebuah karantina di kapal pesiar rusak. Sementara di Korea Selatan wabah terus tumbuh secara eksplosif.

Virus ini mungkin masih menyebar secara diam-diam di berbagai tempat. Sebuah kelompok pemodelan di Imperial College London memperkirakan dua per tiga kasus di luar China belum terdeteksi.

Baca juga: Update Virus Corona 28 Februari: 2.858 Meninggal, 83.379 Terinfeksi

Banyak peneliti yang mulai merasa kesempatan untuk menghentikan wabah ini hampir tertutup.

"Saya merasa virus ini (Covid-19) seperti keluar dari China dan menyebar ke seluruh dunia diam-diam. Saya mulai pesimis wabah ini bisa dikontrol," ungkap Christopher Dye, seorang ahli epidemiologi di University of Oxford seperti dilansir Science Magazine, Selasa (25/2/2020).

Nancy Messonnier, pemimpin tim tanggap virus corona dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS telah memperingatkan warga Amerika untuk bekerja sama dalam mempersiapkan kemungkinan terburuk dari wabah ini.

Sejauh ini usaha untuk menahan penyebaran virus ini berfokus pada memperlambat penyebaran virus di China, menjaganya agar tidak keluar ke negara lain, serta melacak orang-orang yang pernah melakukan kontak dengan pasien dan mengkarantina mereka selama dua minggu.

Total kasus virus corona hingga Sabtu pagi (29/2/2020) yang dilaporkan sudah mencapai lebih dari 84.000 pasien dengan korban meninggal lebih dari 2.900 jiwa. 97 persen dari angka tersebut berasal dari China.

Sebagian negara telah memblokir seluruh penerbangan dari China, bahkan beberapa negara juga menolak turis dari Korea Selatan dan Iran masuk ke wilayahnya.

Amerika Serikat mengkarantina orang-orang yang datang dari provinsi Hubei dan menolak semua orang yang pernah berada di China dalam dua minggu terakhir.

Beberapa hari lalu Arab Saudi pun mengumumkan bahwa negaranya memutuskan untuk menangguhkan sementara visa umrah dan wisata ke negara tersebut.

Menurut para peneliti, dengan membatasi perjalanan wisata akan sangat membantu dalam menahan penyebaran Covid-19.

"Kalau perjalanan wisata ini tidak dibatasi, kemungkinan kita akan memiliki kasus yang jauh lebih banyak dari ini," kata Anthony Fauci, Kepala Heads of the U.S. National Institute of Allergy and Infection Diseases.

Ilustrasi jemaah umrahShutterstock Ilustrasi jemaah umrah

Baca juga: Pasien Suspek Corona di Semarang Meninggal karena Bronkopneumonia, Apa Itu?

Namun, jika virus SARS-CoV-2 telah tersebar ke berbagai belahan dunia, pembatasan perjalanan wisata diperkirakan akan menjadi kurang efektif.

Ahli epidemiologi dari Harvard University mengatakan keberhasilan dari pembatasan ini tidak akan berlangsung lama.

"Jika dalam satu minggu berita kasus ini terus berlanjut, saya pikir ini menunjukkan bahwa pembatasan wisata bukan penanggulangan utama lagi," ujar peneliti bernama Marc Lipsitch tersebut.

Tetapi, Bruce Aylward dari WHO mengatakan, usaha sekecil apapun tetap berguna untuk menahan penyebaran virus ini.

Di Hubei, China, sekitar 50 juta orang diisolasi pada 23 Januari hingga 2 Februari. Tindakan ini memberikan kesempatan bagi provinsi lain untuk mempersiapkan dan mencegah kemungkinan kasus dari wabah tersebut.

Sayangnya, tindakan tersebut memengaruhi kesehatan fisik dan mental masyarakat Hubei.

Karena hanya diizinkan menetap di rumah, selalu berada di bawah pengawasan intensif, dan kesulitan mendapatkan layanan kesehatan. Hal ini diungkapkan oleh Lawrence Gostin, spesialis kebijakan kesehatan global di Georgetown University Law Center.

Meskipun penyebaran virus masih belum bisa dihentikan, tetapi menahan proses penyebarannya akan sangat berpengaruh karena dapat memberikan kesempatan bagi para pekerja medis dilatih untuk melindungi diri, lebih banyak waktu bagi masyarakat untuk mempersiapkan diri, serta lebih banyak waktu untuk menemukan obat yang dapat menyembuhkan virus corona beserta vaksinnya.

Baca juga: Para Ahli Berpacu Temukan Hewan yang Jadi Sumber Penyebar Virus Corona

Untuk menahan proses penyebaran virus, Dye menganjurkan negara-negara lain untuk mengikuti strategi yang dilakukan oleh China, yaitu memberhentikan pelayanan transportasi publik, menutup tempat-tempat hiburan, and melarang kegiatan yang mengumpulkan banyak orang dalam satu tempat.

"Kami tidak bisa membuktikannya namun langkah-langkah tersebut sangat membantu untuk menekan jumlah kasus virus corona," ujar Dye.

Untuk mempersiapkan keadaan ke depannya, rumah sakit dapat memperbanyak stok alat pernapasan dan jumlah kasur. Penggunaan vaksin untuk influenza dan pneumonia juga membantu untuk mengindentifikasi kasus COVID-19, karena ketiganya memiliki gejala yang mirip.

Kemudian, pemerintah harus terus mengkampanyekan mengenai pentingnya mencuci tangan dan tetap berada di rumah jika sedang sakit.

Apapun langkah yang dilakukan, merupakan hal yang sangat penting untuk segera mengambil tindakan. Aylward berharap negara lain dapat mengikuti pergerakan yang dilakukan China.

"Kecepatan itu adalah segalanya. Dan yang saya khawatirkan, apakah negara-negara lain dapat bertindak dengan cepat?"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau