KOMPAS.com - Sebuah ledakan yang sangat besar ditemukan oleh para astronom. Mereka mengatakan ledakan ini merupakan yang terbesar di alam semesta sejak ledakan Big Bang.
Ledakan ini ditemukan oleh International Centre for Radio Astronomy Research.
"Kami sering melihat ledakan di pusat galaksi sebelumnya, namun kali ini benar-benar sangat besar dan kita tidak tahu mengapa ledakannya sangat besar," ucap Melanie Johnston-Hollitt, seorang profesor di Curtin University di bawah naungan International Centre for Radio Astronomy Research.
Untuk mengamati ledakan tersebut, para peneliti menggunakan empat teleskop dari berbagai belahan dunia. Termasuk di antaranya yaitu Chandra X-Ray Observatory milik NASA dan XMM-Newton X-ray milik European Space Agency.
Baca juga: Pertama Kalinya, Ilmuwan Temukan Oksigen di Galaksi Lain
Mengutip situs Futurism, Jumat (28/2/2020), ledakan tersebut terpancar dari sebuah lubang hitam di pusat Galaksi Ophiuchus dengan jarak 390 juta tahun cahaya dari Bumi. Besarnya ledakan tersebut mampu membuat lubang di gugus plasma, dan gas panasnya berhasil menyelimuti lubang hitam.
Simona Giacintucci, perwakilan dari Naval Research Laboratory di Washington DC, memberikan analogi agar dapat membayangkan besarnya ledakan tersebut.
Dia menjelaskan, ledakan ini sebanding dengan 15 galaksi Bima Sakti yang disusun secara berturut-turut dalam kawah erupsi Gunung St. Helens pada 1980. Erupsi tersebut merupakan yang terbesar sepanjang sejarah Amerika Serikat.
Meskipun ledakannya sangat besar, namun gerakannya terjadi secara perlahan.
Baca juga: Gas Aneh Dekati Jantung Galaksi Bima Sakti, Mungkinkah Lubang Hitam?
"Ledakannya terjadi sangat lambat, seperti sebuah ledakan dalam gerakan lambat yang memakan waktu jutaan tahun," jelas Johnston-Hollitt.
NASA mengonfirmasi bahwa ledakan sebesar ini belum pernah terjadi sebelumnya.
"Data di radio sangat pas dengan sinar-X, seperti sebuah tangan dalam sarung tangan. Ini berarti ada ledakan besar yang belum pernah ada sedang terjadi di sini," ujar Maxim Markevitch dari Goddard Space Flight Center NASA.
Kabar baiknya, penemuan ini membuka pintu untuk penemuan-penemuan selanjutnya.
"Ini seperti arkeologi. Kami diberikan alat untuk mencari tahu lebih dalam dengan frekuensi teleskop radio rendah. Jadi, kami harus bisa menemukan ledakan-ledakan lain seperti ini," kata Johnston-Hollitt.
Untuk itu, tim mereka akan melakukan observasi lebih lanjut dengan menambah dua kali lipat jumlah antena serta meningkatkan sensitivitas hingga 10 kali lipat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.