Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/02/2020, 07:02 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Berdasarkan potensi hasil kajian Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), wilayah pesisir Sukabumi termasuk zona megathurst yang dapat memicu gempa dan tsunami.

Menurut Kepala Pusat Gempabumi dan Tsuni BMKG, Rahmat Triyono, ST, Dipl.Seis, M.Sc, wilayah pesisir Sukabumi secara tektonik berhadapan dengan zona megathurst Samudera Hindia.

Zona megathurst ini merupakan zona subduksi lempeng aktif dengan aktivitas kegempaan yang tinggi.

Catatan sejarah menunjukkan bahwa wilayah selatan Jawa Barat dan Banten sudah beberapa kali terjadi gempa kuat, seperti pada 22 Januari 1780 (M 8,5), 27 Februari 1903 (M 8,1), dan 17 Juli 2006 (M 7,8).

Hasil kajian BMKG yang dilakukan pada tahun 2011 menunjukkan bahwa zona megathrust selatan Sukabumi memiliki magnitudo gempa tertarget hingga M 8,7.

Baca juga: Gempa Sintang Sabtu Malam, Bukti Kalimantan Tak Sepenuhnya Aman Lindu

Hasil pemodelan peta tingkat guncangan gempa (shakemap) oleh BMKG dengan skenario gempa dengan kekuatan M 8,7 di zona megathrust, menunjukkan dampak gempa di Sukabumi dapat mencapai skala intensitas VIII-IX MMI yang artinya dapat merusak bangunan.

"Jika besaran magnitudo M 8,7 ini digunakan untuk masukan skenario model tsunami, maka wilayah Pantai Sukabumi diperkirakan berpotensi mengalami status ancaman “AWAS” dengan tinggi tsunami di atas 3 meter," imbuh Daryono selaku Kepala Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG.

Hal terpenting yang harus dipahami masyarakat, skenario gempa berkekuatan M 8,7 adalah potensi hasil kajian. Ini bukan prediksi.

Perlu diingat, meski kajian ilmiah mampu menentukan potensi magnitudo di zona megathrust, akan tetapi hingga saat ini teknologi belum mampu memprediksi dengan tepat dan akurat kapan gempa akan terjadi.

Daryono menambahkan, kajian potensi bahaya sangat penting dilakukan untuk tujuan mitigasi dan pengurangan risiko bencana.

Oleh sebab itu, di tengah ketidakpastian kapan akan terjadi gempa yang berpotensi memicu tsunami, maka yang perlu dilakukan adalah upaya mitigasi dengan menyiapkan langkah-langkah kongkrit untuk meminimalkan berbagai risiko.

Di antaranya risiko kerugian sosial, ekonomi, dan korban jiwa seandainya dempa benar terjadi.

"Pemodelan seperti ini dilakukan bukan untuk menakut-nakuti masyarakat. Namun agar pemerintah daerah segera menyiapkan upaya mitigasinya secara tepat, baik mitigasi struktural (teknis) maupun kultural (non teknis)," tegas Daryono.

BMKG menilai dari hasil kajian inilah, pemerintah perlu memperhatikan peta rawan bencana sebelum merencanakan penataan ruang dan wilayah, termasuk dalam hal penataan ruang pantai yang aman tsunami.

"Perlu ada upaya serius dari berbagai pihak dalam mendukung dan memperkuat penerapan atau building code dalam upaya membangun struktur bangunan tahap gempa," tutur dia.

Baca juga: Gempa Seram Timur dan Fakfak Pagi Tadi Dipicu Sesar Aktif Dasar Laut

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Jangan Asal Buang, Sampah Rumah Tangga Ini Juga Limbah Berbahaya

Jangan Asal Buang, Sampah Rumah Tangga Ini Juga Limbah Berbahaya

Kita
Apakah Ada Makanan yang Membuat Kentut Berbau?

Apakah Ada Makanan yang Membuat Kentut Berbau?

Oh Begitu
Fakta-fakta Menarik Bayi Gajah, Tak Hanya Suka Menghisap Belalai

Fakta-fakta Menarik Bayi Gajah, Tak Hanya Suka Menghisap Belalai

Oh Begitu
Apakah Gajah Afrika Bisa Kawin dengan Gajah Asia?

Apakah Gajah Afrika Bisa Kawin dengan Gajah Asia?

Oh Begitu
Ilmuwan Temukan Bahan Bakar 'Aman Api'

Ilmuwan Temukan Bahan Bakar 'Aman Api'

Fenomena
Apakah Ikan Juga Minum Saat Merasa Haus?

Apakah Ikan Juga Minum Saat Merasa Haus?

Oh Begitu
Bagaimana Cincin Saturnus Terbentuk?

Bagaimana Cincin Saturnus Terbentuk?

Fenomena
Mengatasi Polusi Udara dengan Teknologi Plasma

Mengatasi Polusi Udara dengan Teknologi Plasma

Fenomena
Bagaimana Seharusnya Sampah Dipilah?

Bagaimana Seharusnya Sampah Dipilah?

Kita
Bagaimana Terumbu Karang Terbentuk?

Bagaimana Terumbu Karang Terbentuk?

Oh Begitu
Apa Itu BPA dan Dampaknya bagi Kesehatan?

Apa Itu BPA dan Dampaknya bagi Kesehatan?

Oh Begitu
Apakah Ikan Air Tawar Terbesar di Dunia?

Apakah Ikan Air Tawar Terbesar di Dunia?

Fenomena
Apa Saja Dampak Siklon Tropis terhadap Wilayah Indonesia?

Apa Saja Dampak Siklon Tropis terhadap Wilayah Indonesia?

Fenomena
Fakta-fakta Menarik Kentut, Soda Bikin Lebih Sering Kentut (Bagian 2)

Fakta-fakta Menarik Kentut, Soda Bikin Lebih Sering Kentut (Bagian 2)

Oh Begitu
Seberapa Akurat Ingatan Masa Kecil Kita?

Seberapa Akurat Ingatan Masa Kecil Kita?

Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com