Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip Rahasia Umur Panjang Warga Okinawa, Kuncinya Pola Makan

Kompas.com - 28/02/2020, 13:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

Namun sebuah percobaan yang baru-baru ini dilakukan di AS selama dua tahun, yang didanai oleh Institut Nasional AS tentang Penuaan, memberi simpulan bahwa peserta yang membatasi asupan kalorinya menunjukkan kesehatan kardiovaskular yang lebih baik, termasuk tekanan darah dan kolesterol yang lebih rendah.

Memang, masih belum jelas mengapa diet rendah kalori bisa begitu menguntungkan, namun ada banyak kemungkinan mekanisme yang terjadi.

Salah satu kemungkinannya, pembatasan kalori mengubah mekanisme sinyal energi sel, sehingga tubuh akan mengerahkan lebih banyak usaha untuk pemeliharaan - seperti perbaikan DNA - ketimbang pertumbuhan dan reproduksi. Di saat yang sama, tubuh juga membatasi 'stres oksidatif' yang disebabkan oleh zat-zat sisa proses metabolisme yang beracun.

Namun Diet Okinawa tidak hanya soal membatasi kalori.

Tinggi karbohidrat dan rendah protein

Solon-Biet melakukan rangkaian penelitian yang memeriksa pengaruh komposisi makanan (alih-alih hanya kuantitasnya) pada penuaan di binatang berbeda.

Timnya menemukan kesimpulan yang konsisten, bahwa pola makan yang tinggi karbohidrat dan rendah protein memanjangkan umur spesies-spesies berbeda.

Penelitian mereka yang terbaru bahkan menunjukkan bahwa tanda-tanda penuaan juga berkurang di otak. Hebatnya, mereka menemukan rasio optimal diet ini adalah 10 bagian karbohidrat berbanding dengan satu bagian protein - sama dengan Rasio Okinawa.

Meski hingga kini belum ada percobaan klinis pada manusia, Solon-Biet mengutip hasil penelitian epidemiologi dari seluruh dunia yang memiliki kesimpulan serupa.

"Populasi lain yang juga berumur panjang sama-sama menunjukkan pola diet yang rendah protein," ujarnya. "Termasuk Kitavan, yang tinggal di sebuah pulau kecil di Papua New Guinea, orang Tsimane di Amerika Selatan, dan populasi yang mengkonsumsi menu diet Mediterania."

Sekali lagi, seperti apa mekanisme pastinya memang masih buram. Sama seperti pembatasan kalori, diet rendah protein tampaknya mendorong perbaikan dan pemeliharaan sel-sel tubuh.

Karen Ryan, seorang ahli biologi nutrisi di Universitas California menekankan bahwa kelangkaan asam amino akan mendorong sel untuk memakai kembali materi yang ada di dalam tubuh, ketimbang mensintesa protein baru.

"Dalam waktu bersamaan, perubahan-perubahan ini dapat mencegah akumulasi kerusakan protein di dalam sel, yang berkaitan dengan proses penuaan," kata dia.

Protein rusak yang terakumulasi biasanya menjadi penyebab banyak penyakit. Namun, ia menambahkan, pembersihan secara teratur ketika kita mengonsumsi menu rendah protein dapat mencegahnya.

Baca juga: Mungkinkah Konsumsi Alkohol Jadi Salah Satu Rahasia Umur Panjang?

Jadi, apakah kita semua harus mulai melakukan Diet Okinawa? Tidak juga.

Ryan memberi beberapa bukti yang menyebut asupan rendah protein mungkin bisa membatasi kerusakan sel hingga usia 65 tahun, namun setelah itu, kita butuh lebih banyak asupan protein.

"Nutrisi yang optimal diharapkan bervariasi sepanjang umur manusia," ujar dia. Dan perlu dicatat, dalam sebuah penelitian, manfaat relatif protein dan karbohidrat bergantung pada sumber energinya. Misalnya, diet tinggi protein nabati rupanya lebih baik ketimbang diet kaya protein hewani atau susu.

Pada akhirnya, alasan mengapa orang Okinawa begitu sehat bisa jadi merupakan hasil dari banyak faktor, kata Ryan. "Dan interaksi spesifik dari berbagai faktor ini juga sangat penting."

Artinya, kita masih membutuhkan penelitian panjang lagi sebelum akhirnya menemukan resep "rahasia awet muda".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau