KOMPAS.com - Sebuah asteroid baru ditemukan mengorbit bumi. Asteroid tersebut diberi nama 2020 CD3 dan ditemukan oleh Kacper Wierzchos dan Theodore Pruyne, peneliti dari Catalina Sky Survey (CSS).
CSS merupakan sebuah proyek yang dibiayai oleh NASA di Lunar dan Planetary Laboratorium di Tuscon, milik University of Arizona.
Objek tersebut memiliki diameter 1,9 - 3,5 meter dan diperkirakan tertarik ke dalam orbit bumi sekitar dua sampai tiga tahun lalu. 2020 CD3 merupakan asteroid kedua yang ditemukan mengorbit bumi.
Baca juga: Asteroid yang Jatuh di Gunung Berapi Asia Tenggara
Namun, asteroid ini diprediksi berputar mengelilingi bumi hanya sampai April sebelum kembali ke orbit heliosentris, orbit yang menjadikan matahari sebagai pusat tata surya.
Penemuan ini bermula dari laporan Near-Earth Object Observation Program kepada Planetary Defense Coordination Office milik NASA. Kemudian, peneliti dari Catalina membantu NASA untuk mengidentifikasi objek tersebut karena dikhawatirkan dapat membahayakan bumi.
Baca juga: Rahasia Alam Semesta: Bagaimana Bumi ini Lahir dan Terbentuk?
Namun yang mereka temukan justru sebuah objek yang berpotensi menjadi "bulan mini" karena mengorbit Bumi.
Dilansir dari CNN, Jumat (28/2/2020), Pruyne mengatakan akan melakukan penelitian lanjutan selama beberapa minggu ke depan. "
Ini akan membantu kami untuk mengetahui asal mula objek tersebut sekaligus waktu yang lebih akurat mengenai datangnya objek tersebut ke orbit bumi," katanya.
Direktur Catalina Sky Survey, Eric Christensen, mengungkapkan sejauh ini mereka baru memiliki data yang diperoleh dalam waktu seminggu. Mereka juga belum menentukan apakah obyek tersebut merupakan asteroid berbatu atau objek buatan.
Baca juga: Asteroid Raksasa Berdekatan dengan Bumi Malam Ini, Tampak di Eropa
"Dengan penelitian lanjutan dan pemahaman yang lebih baik mengenai orbit, kami akan meninjau ulang dan mengetahui jejak proses 2020 CD3 memasuki sistem Bumi-Bulan," ucap Christensen.
Pruyne mengatakan benda kecil seperti 2020 CD3 sering tertarik mendekati Bumi. Ini terjadi ketika posisi Bumi cukup dekat dengan asteroid yang berada di orbit matahari.
"Dalam posisi dekat, gravitasi bumi akan menarik objek tersebut dan mengubah orbitnya," jelasnya.
Baca juga: Belajar dari Virus Corona, Mungkinkah Sampel dari Mars Dibawa ke Bumi?
Namun, tidak semua obyek langit tertarik ke dalam orbit Bumi. Beberapa obyek berubah ke arah lain.
Sebelumnya, Catalina Sky Survey menemukan asteroid pertama yang mengorbit bumi pada September 2006. Asteroid yang disebut 2006 RH120 itu dikenal sebagai Temporarily Captured Object (TCO) di kalangan para astronom.
Sebenarnya, TCO jarang ditemukan karena beberapa faktor. Salah satunya karena TCO membutuhkan kecepatan dan arah yang tepat untuk dapat tertarik oleh gravitasi bumi, agar tidak berbahaya atau terlempar ke arah lain. Kemungkinan lain juga karena objek terlalu kecil untuk dideteksi.
Baca juga: Asteroid Raksasa Bakal Lintasi Bumi Malam Ini, Apakah Lewat Indonesia?
Namun, dengan meningkatnya kemampuan survei dari Catalina, ke depannya diprediksi akan ditemukan lebih banyak obyek kecil yang berada di sekitar bumi.
Chistensen memperkirakan ada perubahan konstan dari populasi TCO yang masuk dan keluar dari sistem Bumi-Bulan.
"Kebanyakan dari objek tersebut lebih kecil daripada 2020 CD3 dan 2006 RH120. Jika objek lebih kecil maka akan lebih sulit ditemukan. 2020 CD3 hanya berukuran beberapa meter dan ditemukan sekitar 3/4 jarak dari bulan," ujar Christensen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.