Misalnya Ebola, HIV, Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), dan kini virus corona.
"Jika kita paham faktor-faktor yang mendatangkan risiko, kita bisa mencegah hal ini terjadi tanpa harus membawa pengaruh buruk kepada hewan liar," kata Prof Cunningham.
Para pegiat lingkungan kepayahan meyakinkan bahwa sekalipun kelelawar membawa banyak virus, mereka juga amat penting bagi kelangsungan ekosistem.
"Kelelawar pemakan serangga, makan serangga dalam jumlah banyak seperti nyamuk dan hama pertanian. Kelelawar buah melakukan penyilangan pohon dan penyebaran bibit," katanya.
"Penting sekali spesies-spesies ini tidak dibunuh dengan alasan keliru untuk 'mengendalikan penyakit'," katanya.
Sesudah wabah SARS pada tahun 2002-2003 yang disebabkan oleh virus corona yang sangat mirip ada larangan sementara terhadap pasar hewan liar.
Namun, dengan cepat pasar seperti itu muncul lagi di seluruh China, Vietnam, dan bagian-bagian lain Asia Tenggara.
China kini kembali melarang jual beli hewan liar, yang sering dipakai untuk makanan dan obat tradisional. Ada laporan bahwa larangan ini akan dibuat permanen.
Baca juga: Belajar dari Virus Corona, Mungkinkah Sampel dari Mars Dibawa ke Bumi?
Kita memang belum tahu secara pasti bagaimana dan di mana penyakit mematikan ini melompat ke manusia, tetapi Prof Diana Bell dari University of East Anglia, Inggris, mengatakan, kita bisa mencegah terjadinya peristiwa sejenis.
"Kita mengumpulkan segala jenis hewan dari berbagai negara, berbagai habitat, dengan cara hidup masing-masing yang berbeda. Baik itu hewan air, hewan pohon, dan seterusnya. Lalu mencampurkan mereka jadi satu. Kita harus berhenti melakukan hal seperti ini".
Prof Jones mengatakan, peningkatan penyakit menular dari hewan liar bisa jadi disebabkan meningkatnya kemampuan kita untuk mendeteksinya, saling terhubungnya manusia dengan hewan liar, atau lebih banyak terjadinya pendudukan alam liar oleh manusia.
Maka, terjadilah perubahan lanskap dan kontak dengan virus baru yang tak dikenali sebelumnya oleh populasi manusia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.