Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelestarian Ekosistem Terumbu Karang Terancam Rusak, Ini Penyebabnya

Kompas.com - 26/02/2020, 13:32 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com - Aktivitas manusia dan polusi lingkungan perlahan terus mengancam kelestarian terumbu karang.

Sebuah studi, seperti melansir Science Daily, Rabu (26/2/2020), dilakukan para peneliti di UC Santa Barbara, para ilmuwan menemukan penyebab dari makin meluasnya pemutihan karang yang terjadi di lautan.

Dalam penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, peneliti menyampaikan karang pembentuk terumbu karang memiliki alga yang menguntungkan di dalam jaringannya.

Baca juga: Studi Baru, Peningkatan CO2 Ancam Masa Depan Terumbu Karang

Alga atau ganggang berperan sebagai pelindung bagi karang dari nitrogen, yang dapat memberikan kerusakan. Namun, suhu air laut makin hangat dan mulai memberikan perubahan pada adaptasi ekosistem ini.

Pada suhu yang lebih tinggi, fotosintesis ganggang menjadi terlalu cepat, dan keseimbangan kimia antara karang dan ganggang rusak.

Akibatnya, pada titik tertentu karang mengeluarkan senyawa dalam proses yang dikenal sebagai pemutihan.

Karang dapat bertahan sementara tanpa alga atau ganggang, maka pemulihan akan mungkin terjadi, jika kondisi kembali normal dengan cepat. 

Baca juga: Secercah Harapan untuk Konservasi Terumbu Karang Indonesia.

Namun, dengan tidak adanya ganggang sebagai mitra simbiosisnya, karang pada akhirnya akan cepat mati karena proses pemutihan karang berlangsung makin cepat.

Percobaan yang dilakukan di laboratorium, serta studi di lapangan, para peneliti melihat polusi nitrogen seperti pupuk, limpahan limbah dapat memperburuk pemutihan.

Para ilmuwan di UC Santa Barbara menyelidiki efek nitrogen pada pemutihan karang. Penelitian itu mengambil lokasi di pulau Moorea di Polinesia Perancis dan telah mensurvei 10.000 karang di sekitar pulau Moorea selama gelombang panas moderat pada 2016.

Gelombang panas dan polusi nitrogen

Karena konsentrasi nitrogen berfluktuasi secara alami dalam air laut, para peneliti mengambil sampel dari Turbinaria ornata, alga besar yang biasa ditemukan di terumbu karang di sekitar Moorea.

Ini memberikan catatan tentang nitrogen yang tersedia untuk karang pada bulan-bulan menjelang gelombang panas.

"Hubungan ini sangat kompleks. Jadi, mempelajarinya dalam skala spasial dan temporal yang cocok dengan yang terjadi di alam sangat penting untuk mengungkapkan interaksi yang sangat penting ini," ujar penulis utama Mary Donovan, seorang peneliti pascadoktoral di Marine Science Institute.

Tim menemukan tingkap polusi nitrogen yang tinggi dapat menurunkan suhu di mana karang atau coral mulai memutih. Hal ini juga meningkatkan tingkat keparahan proses tersebut.

Baca juga: Mirip Bunga, Terumbu Karang Ini Ternyata Predator Ubur-ubur

"Pada dasarnya (polusi) ini menggandakan seberapa parah pemutihan itu," kata Russ Schmitt, seorang profesor di Department of Ecology, Evolution, and Marine Biology (EEMB).

Para ilmuwan melihat dua jenis karang bercabang paling umum di Moorea. Mereka berharap karang-karang ini dapat merespons secara berbeda terhadap polusi nutrisi. Namun, kedua jenis karang tersebut menunjukkan respons yang identik.

Hal ini menunjukkan efek kuat pencemaran nitrogen terhadap karang pada suhu normal di bawah level yang memicu pemutihan, dapat berlaku luas bagi banyak spesies karang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau