KOMPAS.com - Sejak awal tahun pada 2020, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) selalu memantau perkembangan cuaca Indonesia yang cenderung dianggap masuk kategori cuaca ekstrem.
Berdasarkan data historis serta analisis klimatologis BMKG, sejak tahun 1866 hingga 2019, proyeksi atau perkembangan perubahan iklim menjadi penyebab utama cuaca ekstrem yang terjadi hingga awal tahun 2020 ini.
Meskipun proyeksi atau pemantauan perkembangan perubahan iklim telah dilakukan sejak 1866, tetapi perubahan yang terjadi dalam bentuk cuaca ekstrem mulai terjadi sejak 1900-an.
"Ini bukan cuaca yang biasa saja, dari yang kami pantau adalah kondisi perkembangan cuaca ekstrem sejak tahun 1900-an sampai tahun 2020," kata Dwikorita Karnawati MSc selaku Kepala BMKG, Selasa (25/2/2020).
Baca juga: Jakarta Banjir Lagi, Berikut 6 Sejarah Banjir Terbesar di Ibu Kota
Dwikorita memaparkan, akumulasi curah hujan tertinggi awalnya terjadi pada tahun 1918, dengan curah hujan per hari mencapai 125,2 mm per hari.
Kemudian, kondisi ekstrem pada tahun 1918 itu terjadi lagi pada tahun 1950.
Pada pengulangan terjadinya kondisi ekstrem tersebut, BMKG memperhitungkan selisih jumlah tahun kondisi terulang.
Dari tahun 1918 menuju tahun 1950, membutuhkan waktu 32 tahun lamanya sampai bisa terjadi kondisi cuaca ekstrem.
"Sejak tahun berikutnya setelah itu, semakin singkat selisih tahunnya, dan intensitasnya semakin meningkat, yang tadinya hanya 125,2 mm per hari sekarang bisa mencapai 377 mm dalam satu hari. Itu terjadi pada awal tahun baru 2020," ujar Dwikorita.