Jika hasil laboratorium adalah disebabkan bakteri, maka itu akan berbeda dengan penyebabnya virus. Serta, prosedur dan alat deteksi yang dilakukan tim ahli di Indonesia sudah sesuai dengan aturan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Jadi, tidak akan sembarangan hasil deteksi yang dikeluarkan oleh tim ahli medis di Indonesia.
"Risiko masuknya Corona (Covid-19) itu bisa terjadi. Bukan berarti tidak terjadi. Kondisi tersebut saat ini bisa ada. Tapi, kalau sudah hasilnya negatif, ya berarti negatif," ujarnya.
Sementara itu, peneliti senior LBM Eijkman, Prof David Muljono mengatakan, virus corona Wuhan atau Covid-19 masih terus dan hangat diberitakan. Dia percaya, masyarakat pun membaca berita tersebut.
Jika ada banyak temuan kasus dengan gejala seperti demam tinggi, flu, dan batuk saat ini, mungkin banyak masyarakat yang sudah pergi ke dokter untuk memeriksakan diri karena isu virus Corona Wuhan (Covid-19).
Jadi kalau mereka menemukan sesuatu yang cocok dengan klasifikasi dan kategori pertanda penyakit akibat Covid-19, meskipun belum tentu positif, semua dokter entah di kalangan puskesmas dan klinik kecil sekalipun sudah tahu bagiamana harus bertindak.
"Saya kira ini, pasti mereka (dokter) memberikan nasihat dan lain-lainnya, jadi kalau dibilang ini pandemi tersembunyi itu agak sulit ya, karena ini tidak akan pandensius gitu loh," kata David dalam acara bertajuk Menyikapi Virus Corona 2019-nCoV: Dari Lembaga Eijkman untuk Indonesia, di Jakarta, Rabu (12/2/2020).
Baca juga: Cuaca dan Matahari Bikin Indonesia Negatif Covid-19? Ini Kata Ahli
Terkait dugaan Covid-19 di Indonesia tidak teridentifikasi, David menyanggahnya.
"Kalau tenang-tenang, tidak bergejala, tahu-tahu banyak yang kena (Covid-19) itu, saya rasa ndak (tidak) ya," ujarnya.
Gejala itu pasti ada, memang mungkin munculnya bisa belakangan.
Dugaan akan adanya epidemi besar dan pandemi tersembunyi sedang terjadi di Indonesia karena nol kasus Covid-19 di Indonesia, David menyatakan itu tidak terjadi.