KOMPAS.com - Beberapa program pencegahan telah dilakukan pemerintah dalam upaya menurunkan angka kejadian dan kematian akibat kanker serviks pada wanita. Namun, masih banyak ditemukan pasien yang datang dalam stadium lanjut.
Merujuk pada Servical Screening Guideline yang dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tes HPV DNA dapat digunakan sebagai skrining pertama untuk mendeteksi kanker serviks.
Baca juga: 3 Kisah Survivor Kanker, Lulus Cumlaude hingga Lawan Kanker Stadium 4
Ketua Perhimpunan Dokter Onkologi dan Ginekologi Indonesia, Prof Dr dr Andrijono SpOG(K), mengatakan bahwa tes HPV DNA menjadi metode baru yang paling baik.
Pencegahan kanker serviks antara lain dapat dilakukan dengan metode skrining sebagai berikut.
1. Inspeksi Visual Asam (IVA)
IVA menjadi pemeriksaan sederhana yang dapat dilakukan oleh pelayanan kesehatan tingkat pertama, seperti Puskesmas, oleh seorang bidan.
Pada umumnya, dalam mekanismenya petugas medis akan memeriksa bibir vagina untuk melihat apakah terdapat lesi putih atau tidak di sana.
Hasil dari deteksi metode tes IVA ini bisa didapatkan dalam jangka waktu hitungan jam saja.
Jika terdapat lesi, maka pasien patut waspada dan akan diminta untuk melakukan pengujian dan pemeriksaan lanjutan atau skrining kembali dalam jangka waktu tertentu, setidaknya setahun sekali.
2. Pemeriksaan sitologi konvensional (Pap smear)
Pemeriksaan pap smear menjadi yang paling sering dilakukan dan diketahui oleh masyarakat.
Dalam mekanismenya, pasien akan diambil lendir atau cairan yang berada di sekitar vaginanya, untuk selanjutnya dilakukan tes analisis dalam laboratorium.
Baca juga: Rutin Pap Smear Tak Lantas Bebas Kanker Serviks
Pap smear pada umumnya hanya bisa dilakukan pada klinik, atau rumah sakit yang memiliki fasilitas tersendiri, atau tidak berada pada pusat pelayanan tingkat pertama.
Hasil dalam deteksi melalui metode papsmear ini akan didapatkan dalam jangka beberapa hari setelah analisis selesai dilakukan.
3. Human Papilloma Virus DNA (HPV DNA tes)