Dia memeriksa ke rumah sakit Wuhan pada 26 Desember dengan gejala penyakit pernapasan dan demam.
Analisis virus yang menginfeksinya menunjukkan virus itu 89 persen mirip dengan kelompok virus corona mirip SARS yang disebut Betacoronavirus yang sebelumnya ditemukan pada kelelawar China.
Virus pada SARS dan virus corona Wuhan mengikat sel-sel manusia dengan cara yang sama, para penulis studi ini mengatakan pengobatan potensial untuk yang pertama mungkin juga bekerja untuk yang terakhir.
Zheng-Li Shi, penulis utama studi ini bersama rekannya menjelaskan, sampai saat ini belum ada vaksin dan pengobatan spesifik yang dikembangkan untuk SARS dan virus corona Wuhan.
Baca juga: Setelah Virus Corona China Diserang Flu Burung, Seperti apa Bahayanya?
Namun, para peneliti telah mengerjakan beberapa obat dan vaksin pra-klinis untuk SARS yang mungkin dapat diterapkan untuk virus corona Wuhan.
Kendati demikian, kemampuan untuk menggunakan antibodi SARS untuk mengobati 2019-nCoV masih perlu dikonfirmasi, karena untuk saat ini, itu hanya sebuah hipotesis. Penulis penelitian juga menyarankan dua cara potensial lain untuk mengobati virus corona baru.
“Pasien yang telah terinfeksi 2019-nCoV telah menghasilkan antibodi yang memiliki potensi untuk menetralkan virus," catat mereka.
Jenis lain dari antibodi coronavirus yang diproduksi pada kuda juga terbukti menetralkan 2019-nCoV. Antibodi kuda ini juga pernah digunakan untuk memerangi virus SARS.
Baca juga: Makan Bawang Putih hingga Kebocoran Lab, Ini 5 Hoaks Virus Corona
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.