KOMPAS.com - Komisi Kesehatan Nasional China menyatakan, sedikitnya 63 orang yang sebelumnya terinfeksi virus corona Wuhan (2019-nCoV) dinyatakan sembuh.
Lantas timbul pertanyaan besar apakah itu tandanya sudah ditemukan obat penyakit dari virus corona dan pasien benar-benar berhasil sembuh?
Menanggapi hal ini, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Anung Sugihantono, mengatakan bahwa sampai sekarang belum ada obat untuk virus corona.
Baca juga: Belum Ada Obat, Kok 63 Orang yang Terinfeksi Virus Corona Bisa Sembuh?
"51 sudah dilaporkan oleh WHO juga, kepada WHO dan kita sedang mengikuti (perkesembuh) sembuhnya kenapa," kata Anung dalam acara Forum Merdeka Barat: Antisipasi Penyebaran Corona, Gedung Kominfo Jakarta, Kamis (30/1/2020).
Anung menduga, sembuhnya pasien tersebut adalah karena self limiting disease, atau penyakit sembuh dengan sendirinya.
Pada prinsipnya penyakit yang disebabkan oleh virus itu dapat membaik dengan sendirinya atau biasa disebut dengan self limiting disease.
Pada indikasi self limiting disease, itu artinya yang dikelola memang adalah gejala-gejalanya, misal batuk dan pilek itu bisa dikelola dengan gejala-gejalanya saja yang diinkubasi.
Pasien batuk diberikan obat batuk, pasien panas tinggi diberikan obat penurun panas, pasien sesak napas diberi sap tapi tidak untuk membunuh virusnya.
"Kalau itu sembuhnya karena self limiting, itu sudah menjadi suatu pengobatan dalam diri kita," tuturnya.
63 orang itu memang sudah dikonfirmasi sembuh dalam pengertian kondisi mereka kian membaik, tapi belum tentu atau bukan berarti virus di dalam tubuh pasien itu sudah mati.
Bisa jadi tidak membaik atau justru menjadikan kondisi seseorang terkena virus itu lebih buruk, karena ada faktor risiko lain yang diderita pasien, selain daya imun atau sistem kekebalan mereka yang lemah.
Tidak hanya itu, pada kondisi tertentu juga, virus akan mudah aktif kembali di dalam tubuh, dan justru lebih kuat terhadap obat yang pernah diberikan.
Tidak mudah menemukan obat dan meracik obat dalam waktu singkat untuk penyakit pandemik jenis terbaru coronavirus ini.
Dalam jumlah kematian yang telah mencapai 170 kasus di China, sebagian besar pasien memiliki riwayat penyakit lain, seperti diabetes, kencing manis, stroke, dan lanjut usia (lansia).
Namun, China belum melaporkan sepenuhnya terkait hal itu. Oleh sebab itu, kata Anung, Dirjen WHO Tedros sempat bertemu dengan peneliti di Beijing untuk meminta keterbukaan yang lebih, karena ini untuk kepentingan dunia bukan hanya untuk kepentingan China.
Baca juga: WHO Tetapkan Status Gawat Darurat Kesehatan Global Virus Corona