Sementara itu, AS telah meluncurkan prototipe jaringan 5G untuk umum di beberapa kota dan sedang berupaya untuk mengembangkan jaringan 5G militer.
Brent Upson, direktur perusahaan dirgantara dan keamanan Lockheed Martin, bahkan pernah berkata dalam wawancara dengan publikasi teknologi militer C4ISRNET bahwa komunikasi mesin ke mesin yang menggunakan informasi dari berbagai sumber untuk membentuk gambaran medan perang, dan pembuatan keputusan yang dibantu AI akan menjadi tren pada 2019.
Todd Wieser, Chief Technology Officer di Komando Operasi Spesial Angkatan Udara AS, juga pernah berkata bahwa teknologi 5G akan meningkatkan komunikasi angkatannya dan fungsionalitas geospasial.
Kini, yang menjadi hambatan terbesar bagi kedua negara untuk menciptakan jaringan 5G militer yang dapat diandalkan adalah risiko keamanannya. Para pakar telah mengakui bahwa jaringan 5G rentan akan peretasan, pencurian data dan gangguan dari luar.
“Kekurangan terbesar dari jaringan 5G di medan perang adalah kerentanannya terhadap gangguan elektromagnetik – dan peretasan dan intrusi. Peningkatan sensor dan nodus data yang signifikan berati peningkatan paparan dan peningkatan risiko untuk diserang,” ujar Shu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.