KOMPAs.com - Untuk memperlancar komunikasi, peningkatan jaringan menjadi kebutuhan utama. Dunia pun tengah bersiap untuk beralih dari jaringan 4G ke 5G. Amerika Serikat, misalnya, menggagas peluncuran jaringan 5G di 12 kota pada akhir tahun mendatang.
Jaringan 5G ini menandai kemajuan panggilan telepon, berkirim pesan singkat, dan berselancar di dunia maya. Pasalnya, teknologi nirkabel generasi kelima ini mentransmisikan data dengan kecepatan tinggi.
Namun, rencana tersebut menuai kecaman dari salah satu badan pemerhati keanekaragaman hayati dan ekosistem di Eropa, Eklipse. Pasalnya, menurut mereka ada ancaman lingkungan di balik semua itu.
Mereka menyoroti hal tersebut setelah mencermati lebih dari 97 penelitian seputar radiasi elektromagnetik dan pengaruhnya bagi lingkungan.
Baca juga: Ilmuwan Pertanyakan Temuan Radiasi Ponsel Picu Tumor
Dari seluruh penelitian tersebut, dapat dirangkum bahwa radiasi melemahkan kemampuan radar burung serta serangga.
Seperti yang diberitakan AFP, sebuah studi pada tahun 2010 bahkan mencatat bahwa sinyal elektromagnetik yang terpancar dari menara jaringan telekomunikasi membingungkan para burung dan serangga saat bermigrasi.
Akibatnya, musim kawin dan bertelur mereka terganggu. Tak bisa dimungkiri, ini memicu turunnya populasi hewan-hewan tersebut.
Radiasi elektromagnetik turut mengacaukan pertumbuhan tanaman. Metabolisme tanaman terganggu akibat paparan radiasi tersebut.
Baca juga: Sanggupkah Kita Hidup Tanpa Ponsel seperti Selena Gomez?
Oleh karena berdampak buruk, sebuah badan amal di Inggris, Buglife, meminta agar pemancar jaringan 5G tidak dipasang menyatu dengan tiang lampu jalan.
Sebab, lampu dikhawatirkan akan menarik perhatian para serangga. Padahal, jaringan 5G yang menempel mengancam kelangsungan hidup mereka.
Lembaga ini juga menuntut adanya aturan yang berpihak pada lingkungan seandainya rencana penerapan jaringan 5G terealisasi.
“Kita telah menerapkan batasan polusi untuk melindungi kelayakan lingkungan hidup kita. Sayangnya, batas aman radiasi elektromagnetik belum ditentukan apalagi diterapkan, bahkan di Eropa sekalipun,” ujar CEO Buglife, Matt Shardlow seperti dikutip dari News Week, Senin, (21/5/2018).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.