Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wanita yang Sudah Berhubungan Seks Wajib Lakukan "Pam Smear" atau IVA

Kompas.com - 20/02/2019, 17:32 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Lebih dari 80 persen pasien kanker serviks menemui dokter saat sudah berada di stadium lanjut.

Hal ini akhirnya membuat penyakit semakin sulit disembuhkan dan mengakibatkan 94 persen pasien stadium lanjut meninggal dalam waktu dua tahun.

"Kalau di rata-rata, sekitar 40 sampai 60 perempuan meninggal dalam sehari (karena kanker serviks)," kata Prof. Dr. dr. Andrijono, Sp.OG(K), Ketua Himpunan Ginekologi Onkologi Indonesia (HOGI), melansir Tribunnews.

Lantas, apa kira-kira yang menyebabkan sulitnya deteksi dini kanker serviks di Indonesia?

Baca juga: Meningkat, Kasus Kanker Serviks Baru di Indonesia 32.469 Jiwa di 2018

Menjawab pertanyaan itu, dr Kartika Hapsari, SpOG, FNVOG dari Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita mengatakan bahwa kurangnya kesadaran untuk pemeriksaan sebenarnya muncul dari diri sendiri, terlibah adanya rasa takut berlebih.

"Biasanya orang suka takut kalau kita tahu sakit. Padahal prinsipnya mencegah lebih baik daripada mengobati," kata Kartika dalam siaran langsung di Radio Kesehatan milik Kemenkes, Rabu (20/2/2019).

Oleh sebab itu, Kartika berpesan kepada seluruh perempuan, khususnya di Indonesia untuk wajib memeriksakan diri sedini mungkin.

Selain enggannya melakukan pemeriksaan dini, masalah lain adalah masih terbatasnya akses pemeriksaan dokter spesialis kebidanan dan laboratorium di Indonesia.

Mengingat Indonesia adalah negara kepulauan, Kartika mengatakan memang hingga saat ini pemerataan dokter spesialis khususnya di bidang kebidanan masih belum rata.

Salah satu pemeriksaan dini kanker serviks yang akurat dan canggih adalah pap smear.

Ini merupakan metode skrining ginekologi yang dicetuskan Georgios Papanikolaou untuk mengetahui ada tidaknya masalah pada serviks atau leher rahim yang mengarah pada kanker serviks.

Saat dilakukan tes pap smear, dokter akan mengamati sel yang terkandung di lendir rahim di bawah mikroskop. Dari sana akan ketahuan apakah ada masalah pada serviks.

Hingga saat ini, pap smear belum dapat ditemukan di semua rumah sakit Indonesia. Oleh karena itulah, masalah pemeriksaan dini kanker serviks di Indonesia juga masih mengalami kendala dari segi ketersediaan pelayanan dan jasa.

Karena memang tes pap smear belum dapat ditemukan di semua daerah, Kartika berharap suatu saat nanti seluruh bidan di Indonesia diberi pelatihan tentang tes IVA atau Inspeksi Visual dengan Asam Asetat.

Kalau tes pap smear menggunakan peralatan canggih, skrining menggunakan IVA pada dasarnya lebih sederhana dan cepat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com