Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Serukan Tindakan Cepat Basmi Kanker Serviks

Kompas.com - 04/02/2019, 20:30 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Editor

KOMPAS.com - Menjelang Hari Kanker Sedunia tanggal 4 Februari, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan untuk mempercepat tindakan guna membasmi kanker mulut rahim atau serviks.

Pasalnya, penyakit yang sebenarnya bisa dicegah ini telah membunuh lebih dari 300.000 perempuan tiap tahun, kebanyakan di negara-negara berkembang.

Kanker mulut rahim atau serviks adalah penyebab utama kematian perempuan di seluruh dunia. Sembilan dari 10 kematian terjadi di negara-negara miskin dan berpenghasilan menengah.

Penyakit ini disebabkan oleh virus papilloma manusia dan ditularkan melalui hubungan seksual.

Baca juga: Hari Kanker Sedunia: 4 Pengobatan Ini Terbukti Bisa Melawan Tumor Ganas

WHO mengatakan, kanker mulut rahim dapat disembuhkan jika orang yang tertular didiagnosa dan diobati pada tahap dini.

Tetapi, seperti penyakit lainnya, pencegahan adalah pengobatan terbaik.

Dalam kasus kanker serviks, tersedia vaksin manjur yang dapat mencegah penyakit itu, kalau diberikan kepada anak perempuan berusia antara sembilan sampai 14 tahun.

Petugas teknis Program Imunisasi WHO, Paul Bloem, mengatakan, vaksin itu diberikan secara luas di negara-negara kaya.

Sementara negara-negara dengan beban kanker serviks tertinggi di Afrika dan Asia, masih tertinggal. Dia mengatakan kemajuan ke arah itu sedang dilakukan.

"Di negara-negara seperti Rwanda, yang memelopori vaksin itu di Afrika, anak perempuan yang divaksinasi sejak lima atau enam tahun lalu mencapai lebih dari 90 persen," kata Bloem.

"Bhutan juga mencapai 90 persen dan Malaysia 97 persen. Jadi terdapat contoh-contoh bagus yang menunjukkan bahwa vaksin ini diterima dan disalurkan ke negara-negara yang berpenghasilan rendah," sambungnya.

Bloem mengatakan, empat negara di Afrika — Ethiopia, Tanzania, Zimbabwe dan Senegal memperkenalkan vaksin itu tahun lalu.

Dia menambahkan, 11 negara lagi di Afrika dan Asia akan mulai menggunakan vaksin itu tahun depan.

Asisten Direktur Jenderal WHO untuk Keluarga, Wanita, Anak-anak dan Remaja, Princess Nothemba Simelela mengatakan, masalah besar di negara berkembang adalah kurangnya tenaga trampil untuk menguji dan mendiagnosa kanker mulut rahim pada wanita.

Baca juga: Cegah dan Lawan Kanker dengan Gaya Hidup Sehat

Simelela menambahkan, perempuan yang tinggal di daerah terpencil dan pedesaan sering punya kesulitan pergi ke klinik, tempat mereka diuji dan diobati untuk penyakit itu.

Namun dia mengatakan kepada VOA, ada beberapa strategi, yang dapat dimanfaatkan pemerintah untuk mengatasinya.

"Kita bisa memanfaatkan klinik berjalan yang bisa dijangkau. Kadang-kadang, yang ada adalah kebutuhan berhari-hari dimana perempuan harus dipanggil atau gadis-gadis dibawa ke sana untuk mendapat perhatian ini," ujarnya.

Dia mengatakan strategi lain yang dapat digunakan pemerintah adalah menggunakan program kesehatan sekolah.

Sebagai contoh, Rwanda dan Afrika Selatan membawa vaksin ke sekolah-sekolah, di mana tersedia akses ke sejumlah besar anak perempuan dalam kelompok usia yang perlu dijangkau.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau