Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peta Bikinan 1491 Ini Mungkin Telah Memengaruhi Christopher Columbus

Kompas.com - 17/08/2018, 17:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Christopher Columbus, seorang penjelajah dan pedagang asal Genoa, Italia, amat terkenal karena di berhasil menyeberangi Samudera Atlantik dan mendarat di benua Amerika pada 1492. Perjalanan itu dilakukannya karena ia percaya Bumi berbentuk bola.

Peta bikinan tahun 1491 ini mungkin telah memengaruhi Christopher Columbus dalam memahami konsep geografi dunia.

Berumur lebih dari 500 tahun, tentu saja peta ini sudah rusak, pudar, dan sulit dibaca. Namun berkat bantuan teknologi mutakhir, para ahli berhasil mengungkap rincian peta yang selama ini membingungkan dan membuat penasaran itu.

Baca juga: Peta Dunia Jaman Renaisans Dirilis, Ini Keunikannya

"Kami menggunakan pencitraan multispektral, alat digital canggih yang dapat memulihkan teks dan gambar pada dokumen yang rusak," ujar pemimpin proyek Chet Van Duzer, anggota dewan kelompok pencitraan multispektral yang dikenal sebagai Proyek Lazarus dari Universitas Rochester, New York, dilansir Live Science, Kamis (16/8/2018).

Van Duzer menceritakan, awalnya hampir semua tulisan di peta telah memudar dan tidak bisa terbaca, sehingga peta itu hampir tidak bisa digunakan.

Namun, setelah diperbaiki dengan teknologi pencitraan canggih, Van Duzer berhasil menunjukkan peta berusia 527 tahun itu tidak hanya membantu Columbus dalam perjalanannya, tetapi juga berkaitan erat dengan peta legendaris Martin Waldseemüller 1507, yang memberi nama "Amerika".

Jalan panjang dan berliku

Peta yang digunakan Columbus ini dibuat oleh kartografer Jerman Henricus Martellus di Florence pada 1491, tepat sebelum pelayaran Columbus.

Dalam peta berukuran 1,2 x 2 meter, benua yang sangat mirip Afrika terletak di sebelah kiri, di atasnya adalah Eropa, Asia di sebelah timur, dan jepang ada di pojok kanan yang terpisah jauh.

Dalam peta tersebut tidak ada Amerika Utara dan Selatan, sebab benua ini belum dikenal di dunia Barat.

Peta yang sangat tua dan lapuk itu dilaporkan pernah dimiliki sebuah keluarga di Tuscany, Italia, sebelum akhirnya ditemukan di Bern, Swiss, pada 1950-an.

Kemudian, peta ini dijual dan disumbangkan ke Universitas Yale pada 1962. Menurut Van Duzer, peta tersebut sudah sangat rapuh dan pudar di tahun 1960-an.

"Akhirnya para peneliti Yale berusaha menguraikan teksnya dengan mengambil foto ultraviolet. Gambar-gambar dari situ mengungkap adanya teks yang sebelumnya tidak dikenal di peta, tapi tidak mengungkap semua isi peta," kata Van Duzer.

Baca juga: Peta Terlengkap Galaksi Bima Sakti Dirilis, Hasilnya Menakjubkan

Peran serta teknologi canggih

Beruntung, Van Duzer mendapat hibah dari National Endowment for the Humanities, ia bermitra dengan The Lazarus Project dan menghabiskan 10 hari untuk memotret peta Martellus di Perpustakaan Beinecke Yale.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau