KOMPAS.com - Sebuah citra satelit dari Sentinel-5P sejak November 2017 hingga Juni 2018 dirilis.
Citra tersebut menunjukkan sesuatu yang sangat berbeda di atas India dan negara-negara sekitarnya.
Hal itu berkaitan dengan kehadiran formaldehida (H2CO), gas tidak berwarna yang secara alami dilepaskan oleh vegetasi (tanaman) sekaligus penanda kegiatan pencemaran.
Sejak diluncurkan pada Oktober 2017 lalu, Sentinel-5P melacak kualitas udara di seluruh dunia.
Informasi ini akan menjadi acuan penting dalam pengambilan kebijakan terkait pembersihan atmosfer.
Sebenarnya, sinyal formaldehida sangat kecil jika dibandingkan dengan konstituen utama seperti nitrogen dan oksigen. Tapi, gas ini bisa menjadi penanda masalah polusi di suatu area.
"Kolom formaldehida terdisi dari berbagai jenis senyawa organik yang mudah menguap, sumbernya bisa dari vegetasi (alam) tetapi juga bisa dari kebakaran dan polusi," ungkap Isabelle De Smedt dari Royal Belgian Institute for Space Aeronomy dikutip dari BBC, Jumat (22/06/2018).
"Itu bergantung pada area, tetapi 50 hingga 80 persen dari sinyal ini berasal dari alam. Meski begitu, kita tidak bisa mengesampingkan sumber dari polusi dan kebakaran," sambungnya.
Kebakaran
Menurut De Smedt, kasus sinyal formaldehida di India juga merujuk pada banyaknya kebakaran area pertanian.
India juga menggunakan kayu dalam jumlah yang cukup besar untuk memasak atau pemanas ruangan.
Baca juga: Remaja India Ini Ciptakan Satelit Teringan di Dunia untuk NASA
Ketika senyawa organik yang mudah menguap dibawa bersama dangan nitrogen dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil dan sinar matahari, reaksinya akan menaik ke permukaan ozon.
Sebabkan Masalah Kesehatan
Hal ini bisa menyebabkan iritasi pernapasan dan masalah kesehatan yang signifikan.
Jika kita perhatikan citra satelit tersebut, terlihat bagaimana udara di utara pegunungan Himalaya cukup bersih.