Malah, sirkulasi ini akan muncul kembali di Samudra Pasifik Utara.
Baca juga: Benarkah Perilaku Hewan Bisa Jadi Tanda Gempa Bumi?
Ketika bumi berputar, ada dorongan dan daya tarik yang momentumnya membentuk arus laut. Arus ini bersama dengan aliran angin di atmosfer menghasilkan pola iklim di seluruh dunia.
Pola iklim ini membawa curah hujan yang melimpah ke hutan lembap atau mengalihkan kelembapan ke wilayah yang kering.
Inilah yang menjadi dasar Florian Ziemen, peneliti di Institut Meteorologi Max Planck, Jerman dan koleganya menciptakan simulasi ini.
"(Membalikkan rotasi bumi) dengan mempertahankan semua karakteristik utama topografi seperti ukuran, bentuk, dan posisi benua dan lautan menciptakan seperangkat kondisi iklim yang benar-benar berbeda untuk interaksi sirkulasi dan topografi," ungkap Ziemen dikutip dari Live Science, Rabu (25/04/2018).
"Tetapi karena AMOC adalah hasil dari banyak interaksi kompleks dalam sistem iklim ada banyak alasan untuk perbedaan ini," ujar Ziemen.
Bumi Lebih Hijau
Rotasi terbalik ini membuat arus laut dan angin berinteraksi dengan benua dalam cara yang berbeda. Inilah yang menghasilkan iklim yang sama sekali baru di seluruh dunia.
Secara keseluruhan, para peneliti menemukan bahwa bumi yang berputar ke arah sebaliknya adalah bumi yang lebih hijau.
Mereka menemukan cakupan gurun global menyusut dari 42 juta kilometer persegi menjadi 31 juta kilometer persegi.
Tak hanya itu, rumput tumbuh lebih dari setengah daerah yang sebelumnya adalah padang pasir. Bagian lainnya bahkan memunculkan tanaman berkayu.
Baca juga : Makluk-makluk Tak Dikenal yang Terancam Hilang dari Muka Bumi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.