Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini yang Terjadi Jika Bumi Berputar Ke Arah Berlawanan...

Kompas.com - 01/05/2018, 11:33 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Pernahkah Anda membayangkan jika berputar ke arah sebaliknya?

Mungkin Anda salah satu yang penasaran bagaimana jika bumi berputar ke arah berlawanan dengan perputarannya sekarang. Apa yang mungkin terjadi?

Ternyata bukan Anda saja yang penasaran, tapi para peneliti juga. Ini membuat para ilmuwan menciptakan simulasi perputaran bumi ke arah sebaliknya.

Tujuannya untuk mempelajari bagaimana sistem iklim di Bumi dipengaruhi oleh rotasi bumi.

Baca juga : Kampanye Selamatkan Bumi Itu Aneh

Amerika Jadi Gurun

Hasilnya, jika bumi berputar ke arah sebaliknya, gurun akan menutupi Amerika Utara. Tak hanya itu, gundukan pasir kering juga akan menggantikan hamparan hutan Amazon di Amerika Selatan.

Dalam simulasi yang dipresetasikan dalam acara tahunan European Geosciences Union Assembly di Austria itu juga menunjukkan gurun akan menghilang dari beberapa benua.

Tentu bukan menghilang begitu saja, tapi beralih ke tempat lain seperti di wilayah Amerika.

Afrika Menghijau

Tak sekedar perpindahan gurun, rotasi bumi ke arah sebaliknya juga akan membuat daratan Afrika menghijau. Lanskap hijau yang subur akan berkembang mulai dari Afrika Tengah hingga ke Timur Tengah.

Eropa Membeku

Selain gurun yang berpindah tempat, lokasi-lokasi lain juga akan mendapat dampak sebaliknya dari yang ada sekarang. Di Eropa barat misalnya, ketika bumi berputar terbalik, maka akan terjadi musim dingin yang membeku di sana.

Cyanobacteria, sekelompok bakter yang menghasilkan oksigen melalui fotosintesis juga akan mekar di wilayah yang belum pernah.

Arus Laut Ikut Terbalik

Selain itu, sirkulasi arus laut juga akan terbalik. Sirkulasi Pembalikan Meridian Atlantik (AMOC), arus laut yang mengatur perubahan iklim di Atlantik, akan memudar.

Malah, sirkulasi ini akan muncul kembali di Samudra Pasifik Utara.

Baca juga: Benarkah Perilaku Hewan Bisa Jadi Tanda Gempa Bumi?

Ketika bumi berputar, ada dorongan dan daya tarik yang momentumnya membentuk arus laut. Arus ini bersama dengan aliran angin di atmosfer menghasilkan pola iklim di seluruh dunia.

Pola iklim ini membawa curah hujan yang melimpah ke hutan lembap atau mengalihkan kelembapan ke wilayah yang kering.

Inilah yang menjadi dasar Florian Ziemen, peneliti di Institut Meteorologi Max Planck, Jerman dan koleganya menciptakan simulasi ini.

"(Membalikkan rotasi bumi) dengan mempertahankan semua karakteristik utama topografi seperti ukuran, bentuk, dan posisi benua dan lautan menciptakan seperangkat kondisi iklim yang benar-benar berbeda untuk interaksi sirkulasi dan topografi," ungkap Ziemen dikutip dari Live Science, Rabu (25/04/2018).

"Tetapi karena AMOC adalah hasil dari banyak interaksi kompleks dalam sistem iklim ada banyak alasan untuk perbedaan ini," ujar Ziemen.

Bumi Lebih Hijau

Rotasi terbalik ini membuat arus laut dan angin berinteraksi dengan benua dalam cara yang berbeda. Inilah yang menghasilkan iklim yang sama sekali baru di seluruh dunia.

Secara keseluruhan, para peneliti menemukan bahwa bumi yang berputar ke arah sebaliknya adalah bumi yang lebih hijau.

Mereka menemukan cakupan gurun global menyusut dari 42 juta kilometer persegi menjadi 31 juta kilometer persegi.

Tak hanya itu, rumput tumbuh lebih dari setengah daerah yang sebelumnya adalah padang pasir. Bagian lainnya bahkan memunculkan tanaman berkayu.

Baca juga : Makluk-makluk Tak Dikenal yang Terancam Hilang dari Muka Bumi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau