Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Citra Satelit Ungkap Badai Raksasa Penyebab Air Terjun Niagara Membeku

Kompas.com - 05/01/2018, 18:01 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Kasus turunnya salju di Florida dan membekunya beberapa bagian air terjun Niagara menyisakan rasa penasaran. Terutama mengenai bom siklon atau badai raksasa yang menyebabkan kedua hal tersebut.

Bom siklon sendiri adalah sebuah badai musim dingin yang kuat yang bertindak seperti badai bersalju. Badai ini membawa cuaca ekstrem yang dianggap seperti "monster" untuk beberapa negara bagian Amerika Serikat.

Diwartakan dari Business Insider, Jumat (05/01/2018), akibat badai raksasa tersebut, beberapa penerbangan di Amerika Serikat telah dibatalkan.

Meski memiliki dampak besar di bumi, tapi perlu gambar dimensi keseluruhan yang diambil dari luar angkasa untuk mengamati badai raksasa ini. Gambar yang diambil dari satelit cuaca GOES-16 ini menunjukkan betapa dahsyatnya badai ini sebenarnya.

Baca juga: Biasanya Panas, Kini Turun Salju, Ada Apa di Florida?

Satelit cuaca GOES-16 sendiri merupakan satelit yang dioperasikan oleh the National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA).

Citra satelit dari bom siklon Amerika Serikat Citra satelit dari bom siklon Amerika Serikat

Gambar dari angkasa tersebut menunjukkan adanya aliran pusaran berwarna putih yang bergerak menuju arah pantai. dari gambar yang didapat terlihat bahwa badai putih tersebut terbentuk dengan cepat di sebelah timur Carolina dan kemudian menuju New England.

Seiring dengan salju dan angin kencang, badai ini juga menyebabkan terjadinya guntur dan petir di sepanjang pantai. Fenomena ini juga disebut mirip dengan petir dan kilatan cahaya saat terjadi hujan badai.

Hal ini jarang terjadi, tapi petir bisa terjadi dalam badai salju ketika udara tidak stabil dan ada udara yang bergerak ke atas dengan kuat. NASA menyebut hal tersebut menyebabkan partikel bergerak ke atas pada tingkat berbeda yang mungkin membuatnya bergesekan dan menciptakan muatan listrik.

Tak hanya memotret terjadinya badai raksasa tersebut, satelit GOES-16 juga telah memetakan kilat uang ditemukan dalam bom badai tersebut.

Badai raksasa ini sebenarnya telah menurunkan tekanan udara lebih cepat daripada kebanyakan badai yang biasa terjadi. Dalam 24 jam terakhir, badai raksasa ini menurunkan tekanan 54 milibar.

Padahal untuk disebut bom badai, sebuah badai "hanya" harus menurunkan tekanan 24 milibar dalam 24 jam. Dengan kata lain, badai raksasa kali ini telah menurunkan lebih dari dua kali kriteria standar.

Baca juga: Siklon Tropis Terjadi di Filipina, Ini Dampaknya Bagi Indonesia

"Kami menyebut bom badai jika menurunkan tekanan sebanyak 24 milibar dalam 24 jam, sebuah bomgenesis, awal dari sebuah badai," ungkap Jeff Weber dari University Corporation for Atmospheric Research dikutip dari NPR, Rabu (03/01/2018).

Semakin rendah tekanan udara, maka akan semakin kuat badai yang terjadi.

"Ini memiliki salah satu tingkat pendalaman tercepat yang pernah kami lihat," ungkap Bob Oravec, pemimpin prakiraan cuaca di National Weather Service dikutip dari The Verge, Kamis (04/01/2018).

Menurut Oravec, badai raksasa ini akan mencapai puncaknya hari ini. Meski begitu, setelah badai hilang, akan meninggalkan angin kencang dan suhu dingin di belakangnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau