Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menalar Fenomena Danau Dadakan akibat Siklon Cempaka di Gunung Kidul

Kompas.com - 02/12/2017, 14:55 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Penulis

KOMPAS.com -Banjir di Gunung Kidul yang dipicu oleh siklon tropis Cempaka awal minggu ini menjadi pembicaraan. Bagaimana tidak, banjir terjadi di wilayah yang cukup luas, membentuk danau dadakan hanya dalam 30 menit. Plus, airnya jernih, tak seperti banjir umumnya.

Banyak yang kemudian bertanya-tanya soal bagaimana hal itu bisa terjadi. Mungkinkah Gunung Kidul punya saluran-saluran air yang bersih sehingga banjirnya bisa jernih layaknya di Jepang?

Ahli geologi Rovicky Dwi Putrohari menjelaskan, danau dadakan tersebut bisa terjadi karena topografi Gunung Kidul sebagai daerah karst.

"Pada saat hujan biasa, air itu bisa mengalir melalui sungai-sungai bawah tanah. Namun akibat hujan ekstra tinggi seperti beberapa hari lalu, maka tidak semua air permukaan tadi mampu dialirkan oleh saluran alam ini," kata Rovicky.

Dihubungi Kompas.com, JUmat (1/12/2017), Rovicky menguraikan bahwa banjir Gunung Kidul tidak terjadi akibat mampernya saluran air seperti di Jakarta. Air juga tidak bercampur dengan lempung sehingga jernih.

Baca Juga: Banjir di Yogyakarta, Apakah Cuma gara-gara Siklon Cempaka?

"Sebetulnya, banjir di gunung kidul ini adalah sebuah air limpahan sungai bawah tanah dan airnya jernih," katanya.

"Yang sering membuat kotor adalah lempung (tanah liat) sementara di daerah kapur atau gamping jarang dijumpai lempung. Kapur atau gamping itu mudah larut, dan tidak menjadi tanah lempung yang seringkali menjadi "pengotor" air permukaan," urainya.

"Yang sering membuat kotor adalah lempung (tanah liat) sementara di daerah kapur atau gamping jarang dijumpai lempung. Kapur atau gamping itu mudah larut, dan tidak menjadi tanah lempung yang seringkali menjadi "pengotor" air permukaan,"katanya.

Topografi KarstTopografi Karst Topografi Karst

Diberitakan Kompas.com, Kepala Dukuh Wediwutah, Diarto, mengatakan, danau menggenangi daerahnya pada hari Selasa (27/11/2017). Sejak itu, debit air terus naik dan warga menduga air bersumber dari sumber air Wireneng, yang debitnya naik saat curah hujan tinggi.

Baca Juga: NASA Ciptakan Alat Peramal Banjir, Begini Cara Kerjanya

Air danaunya tidak berwarna keruh, tetapi jernih dan agak berwarna kehijauan jika dilihat dari puncak tertinggi. Air tersebut sudah menggenangi puluhan hektar lahan pertanian, peternakan ayam dan memutus akses jalan desa.

"Ketinggian air sekitar 20 meter. Ada togor (tiang) listrik tidak kelihatan, malah air semakin tinggi. Jika dilihat dari sumbernya, airnya terus keluar," kata Diarto.

Rovicky mengungkapkan, fenomena danau dadakan di Gunung Kidul ini diharapkan bisa meningkatkan awareness soal daerah karst.

"Tidak seperti didaerah yang bukan gamping, biasanya air tersimpan dalam pori-pori batu pasir. Di daerah gamping, air banyak tersimpan di kantung-kantung air yang berupa goa dan sungai bawah tanah. Ini pelajaran bahwa penyimpanan air di daerah gamping (karst) itu berada pada kantung-kantung yang berbeda dengan daerah sedimen pasir. Itulah sebabnya penanganan daerah karst harus ekstra," katanya. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau