Data tersebut akan masuk ke dalam Decision Support Syatem (DDS) dan diolah. DSS terdiri dari berbagai informasi dari hasil monitoring gempa, simulasi tsunami, monitoring tsunami dan deformasi kerak bumi setelah gempa terjadi.
Hasil pengolahan data di DSS dapat diketahui ada tidaknya potensi tsunami.
Baca juga : BMKG dan UNESCO Buat Pelatihan Tanggap Tsunami untuk 6 Negara
“Keputusannya di DSS. DSS akan mengeluarkan proposal atau rekomendasi bagi BMKG, apakah gempa tersebut berpotensi tsunami atau tidak. Dalam waktu 5 menit setelah gempa, kami kirimkan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami jika gempa itu berpotensi tsunami,” ucap Weniza.
Pada tahap ini, BMKG telah memiliki data spasial perkiraan tsunami, yakni berupa letak potensi tsunami dan ketinggian gelombang.
Analisis terus berlanjut. Pembaruan data dari seismometer dianalisis dan menghasilkan validitas informasi yang lebih baik dibanding 5 menit pertama. Pada 10 menit pasca gempa, BMKG menyebutnya Peringatan Dini Tsunami II.
Pada Peringatan Dini Tsunami I, BMKG mencatat gempa berkekuatan 7,3 magnitudo dengan kedalaman 105 Km. Lokasinya berada di 8,03 lintang selatan dan 108,04 bujur timur atau 74 Km barat daya Kawalu.
Kemudian, perubahan muka laut perlu diketahui untuk mengonfirmasi terjadinya tsunami. Karena tak ada buoy, BMKG menggunakan data dari tide gauge. Lalu, peringatan dini tsunami III pun dikeluarkan.
Keberadaan tide gaude sendiri tersebar di Indonesia. BMKG sendiri punya tujuh tide gauge, tetapi masih ada 108 tide gauge milik Badan Informasi Geospasial dan 21 tide gauge miliki Organisasi Meteorologi Dunia (WTO). Totalnya ada 136 tide gauge yang dioperasikan BMKG.
“Lalu kami akan dapatkan konfirmasi data benar terjadi tsunami. Kalau memang iya, berapa ketinggiannya, berapa waktu kedatagan tsunami di titik itu, itu akan kami cek dari beberapa tide gauge yang lain di sekitar area gempa,” ujar Weniza.
“Setelah kita yakinkan bahwa kurvanya sudah menurun, kita akan bersiap untuk mengeluarkan peringatan dini tsunami ke IV atau pengakhiran. Kira-kira peringatan tsunami IV itu berdasarkan SOP itu akan kelar 2 jam setelah data observasi terakhir,” tambah dia.
Tetap Akurat
Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono menjamin, meski tanpa buoy, sistem peringatan dini tsunami Indonesia masih tetap akurat. Meski demikian, menurut dia, buoy tetap diperlukan untuk menambah instrumen analisis.
“Karena semakin lengkap instrument untuk mengatakan bahwa gempa ini potensi tsunami. Kalau buoy di tengah laut. Kalau tide gauge tsunami sudah di pantai. Kami lebih yakin memberikan warning tsunami dan menyalakan sirine sebagai perintah evakuasi itu lebih mantab. Meskipun kalau kita memodelkan sudah tahu kalau ini tsunami,” kata Daryono.
Menurut Daryono telah terjadi lebih dari 300 tsunami di Indonesia. Jumlah ini masih bisa bertambah mengingat adanya zona subduksi seperti di selatan Jawa, barat Sumatra, selatan Bali, utara Papua, Laut Banda, utara Sulawesi, Maluku utara.
“Gempanya kapan kami tidak tahu. Di zona subduksi tadi minimal ada buoy,” ucap Daryono.
Baca juga : Para Peneliti Temukan Sisa Korban Tsunami 6.000 Tahun Lalu
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.