Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Joging Boleh, Lari Jangan, Apa Sebenarnya Maksud Para Dokter?

Kompas.com - 13/11/2017, 18:42 WIB
Lutfy Mairizal Putra,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com — Baru-baru ini, pernyataan dr Samuel Oetoro tentang bahaya lari berlebihan cukup mencuri publik.

Dalam artikel berjudul "Jogging Boleh, Lari Berlebihan Jangan, Ini Alasannya", dokter nutrisi terkemuka itu mengungkapkan, lebih baik jalan cepat dan joging daripada lari.

Ia mengungkapkan, masyarakat sebaiknya tidak menjadikan lari sebagai olahraga utama. Masalah sendi lutut hingga jantung bisa muncul karenanya.

Lari dengan intensitas tinggi—seperti menempuh jarak 10 km dalam 1 jam—lebih tidak dianjurkan lagi.

Dikonfirmasi Kompas.com pada Senin (13/11/2017), Samuel tetap mengungkapkan hal yang sama.

"Lari intensitas tinggi itu larinya cepat, kalau joging, kan, lari kecil. Itu masih oke, tapi yang terbaik adalah jalan cepat," ujar dr Samuel melalui sambungan telepon, Senin (13/11/2017).

Itu tidak hanya berlaku bagi orang dengan penyakit tertentu, seperti diabetes dan jantung, tetapi bagi semua orang.

Apakah Berarti Lari Benar-benar Dilarang?

Pernyataan Samuel menimbulkan pertanyaan. Apakah itu berarti lari benar-benar dilarang? Anda harus keluar dari komunitas lari dan tak boleh ikut maraton?

Lalu, intensitas tinggi itu seperti apa? Bagaimana menandai bahwa intensitas lari Anda tergolong tinggi?

Samuel tak melarang, hanya tak menjadikannya sebagai olahraga utama dan tidak dilakukan dalam intensitas berlebihan.

Baca Juga: Kedelai Bagus, tetapi Manfaatnya bagi Jantung Dibantah

Bahkan, pada atlet sekalipun, lari dengan intensitas tinggi atau dengan durasi waktu lama serta rutin selama bertahun-tahun meningkatkan risiko.

Kasus Dean Mercer, mantan atlet lari yang meninggal pada usia 47 tahun akibat gagal jantung bisa jadi salah satu perhitungan.

Banyak orang terkejut dengan kematian mantan atlet yang masih dianggap fit itu. Namun, Ross Sharpee, kardiolog di Gold Coast, mengatakan, "Itu bukan kejutan buat saya."

"Kita tahu bahwa olahraga high end endurance adalah salah satu yang bisa memicu kematian," katanya seperti dikutip news.com.au, 3 September 2017 lalu.

"Semua orang berusia 40-an berisiko, tetapi menjadi atlet endurance selama bertahun-tahun meningkatkan peluang mendapatkan masalah jantung," imbuhnya.

Namun, menurut atlet Wes Berg, siapa pun berhak melakukan apa yang dicintainya. Kasus Mercer takkan membuatnya berhenti. \

Demikian juga Anda. Jika suka lari, lalukanlah. Namun, ada sejumlah perhitungan.

Tentukan Tujuan

Dokter keolahragaan pada Persatuan Bulu Tangkis Indonesia, Michael Triangto, mengatakan, langkah pertama yang perlu dilakukan sebelum lari atau olahraga apa pun adalah menentukan tujuan.

Tujuan bisa tiga macam, yakni rekreasi, kesehatan, dan prestasi.

Untuk mendapatkan prestasi, seorang atlet harus latihan keras, sakit pada tubuhnya, bahkan hingga cedera. Dalam kondisi ini, tujuan rekreasi tidak didapatkan.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau