JAKARTA, KOMPAS.com –- Olahraga lari kini tak hanya dilakukan untuk menjaga kesehatan tubuh saja, tetapi juga sebagai gaya hidup. Dalam beberapa acara, Anda bahkan juga bisa menyumbang sambil berlari.
Namun, apakah berlari memiliki peran positif terhadap peningkatan kebugaran tubuh?
Ahli nutrisi dr Samuel Oetoro mengatakan, berlari dapat memberikan dampak buruk bagi kondisi tubuh bila dilakukan secara berlebihan.
Oetoro menuturkan, tubuh memiliki atom dan bersifat reaktif. Atom terdiri dari inti atom dan elektron, sedangkan elektron tersusun dari atom positif dan negatif.
Kehilangan salah satunya, baik negatif atau positif, akan mengubah elektron menjadi radikal bebas. Elektron yang kehilangan pasangannya ini kemudian akan mengambil bagian atom lain dari sel sehat.
Baca juga : Bahaya Tersembunyi di Balik Lari Marathon
Dalam aktivitas yang berlebihan, peristiwa ini terjadi secara berantai dan berpotensi merusak tubuh.
“Itu terjadi kalau aktivitas berlebihan dan intensitas tinggi seperti olahraga lari. Makanya banyak sekarang atlet sepak bola meninggal di lapangan karena radikal bebasnya tidak ditangkal dengan antioksidan. Padahal, atlet latihannya sudah berlebihan,” kata Oetoro dalam acara “Hidup Sehat dengan Diabetes” di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (8/11/2017).
Menurut Oetoro, para atlet rentan terhadap serangan jantung karena intensitas latihannya, dan untuk mengatasinya, mereka perlu diberikan suplemen antioksidan untuk menangkal radikal bebas.
Meski bukan atlet, dokter MRCCC Siloam Hospital itu juga tak menganjurkan masyarakat awam untuk menjadikan lari sebagai olahraga utama. Dia berkata bahwa olahraga alternatif yang dapat dilakukan adalah jogging atau berjalan.
Baca juga : Pelajaran Berharga bagi Dunia Olahraga dari Meninggalnya Choirul Huda
“(Lari buat amal) ya jangan. Buat amal malah terjadi sesuatu. Jalan saja. Kalau ikut 10 kilometer, jalan cepat. Jogging kan pelan. Kalau punya target satu jam 10 kilometer saja, itu sudah berlebihan,” katanya.
Penyakit yang timbul akibat radikal bebas memang tak dapat langsung dirasakan. Efeknya akan terasa dalam jangka panjang. Hal ini, misalnya, dirasakan oleh salah satu pasien Oetoro yang berumur 39 tahun.
Sang pasien datang dengan keluhan sakit pada dada dan kemungkinan mengalami penyumbatan jantung. Lututnya juga tak bergerak dengan nyaman.
Saat ditanya, pasien itu mengatakan selalu berlari di pinggir pantai setiap hari.
“Dia bilang, ‘Saya olahraga rajin, tapi kenapa justru kena serangan jantung dan kena lutut sakit?’ Itu karena berlebihan. Sepeda aman, tapi jangan ngebut dan pakai gigi sepeda yang berat. Kalau jogging, setengah jam saja cukup,” kata Oetoro.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.