KOMPAS.com -- Tanggal 16 Desember 2017 esok akan ada fenomena hujan meteor Geminid di langit Indonesia. Namun Geminid tak sendiri, ia akan bersama sebuah asteroid aneh yang bernama 3200 Phaethon.
Asteroid tersebut dikatakan aneh karena merupakan satu di antara dua asteroid yang menjadi induk peristiwa hujan meteor utama.
Hujan meteor sendiri umumnya bersumber dari remah-remah komet yang dilepaskan saat mendekati matahari dalam perjalanan menyusuri orbitnya.
Tekanan angin matahari membuat komet menyemburkan gas dan debu yang membentuk panorama ekor nan khas. Lalu, gangguan gravitasi Bumi dan planet-planet tetangga membuat remah-remah komet yang berbentuk debu dan pasir ini lantas bergeser secara dinamis.
"Jika orbit kometnya berdekatan dengan orbit bumi, maka ada kemungkinan remah-remah komet ini bisa tertarik gravitasi sehingga memasuki atmosfer dan menjadi meteor," kata Marufin Sudibyo, seorang astronom amatir, kepada Kompas.com pada Rabu (13/12/2017).
Baca juga: Asteroid Berpotensi Bahaya Mendekati Bumi Bulan Desember Ini
"Kita di permukaan bumi akan menyaksikan meteor-meteor yang menjadi bagian dari hujan meteor ini seakan-akan berasal dari sebuah titik di rasi bintang tertentu," kata Marufin lagi.
Inilah yang membuat 3200 Phaethon aneh. Ia merupakan induk hujan meteor, meski bukan komet.
Marufin menyebutkan bahwa dari 12 hujan meteor utama, hanya dua yang bukan dari remah-remah komet. "Hujan meteor Geminid adalah salah satunya," ungkap Marufin.
"Disebut Geminid karena ia seakan-akan berasal dari satu titik dalam rasi Gemini. Hujan meteor ini bersumber dari remah-remah asteroid Phaethon," sambungnya.
Marufin juga menjelaskan bahwa kita di permukaan bumi akan menyaksikan meteor-meteor yang menjadi bagian dari hujan meteor ini seakan-akan berasal dari sebuah titik di rasi bintang tertentu. Itu juga yang terjadi pada hujan meteor Geminid yang akan kita saksikan pada 16 Desember 2017.
"Meteor-meteor dari hujan meteor Geminid bisa mencapai 120 meteor per jam pada puncaknya dan tergolong hujan meteor paling intensif. Meteor-meteor itu melesat dengan kecepatan 35 kilometer per detik dan memiliki elemen orbital yang relatif sama dengan elemen orbital Phaethon," ungkap Marufin.
Hujan meteor Geminid sendiri disaksikan pertama kali pada 1862. Akan tetapi, asteroid 3200 Phaethon baru ditemukan pada 1983 melalui observasi teleskop antariksa Infra Red Astronomical Satelite (IRAS) sebagai benda langit berdiameter 5 kilometer.
Selain karena merupakan induk hujan meteor Gemenids tahun ini, 3200 Phaethon juga memiliki keanehan lainnya. Salah satunya adalah karena orbit asteroid ini yang sangat lonjong.
Bahkan, perihelion (jarak terdekat dari matahari) asteroid ini hanya 21 juta kilometer. Jarak ini lebih dekat daripada jarak Merkurius ke matahari, kata Marufin.
"Sementara aphelion (jarak terjauh dari matahari)-nya melambung jauh hingga 359 juta kilometer, atau sudah berada di dalam kawasan Sabuk Asteroid Utama yang menjadi kawasan hunian asteroid pada umumnya," kata Marufin.
Baca juga: Asteroid Alien Oumuamua Ternyata Lebih Unik dari Perkiraan Sebelumnya