Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/11/2017, 21:30 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Sumber Mirror

KOMPAS.com - Ancaman asteroid yang akan menabrak bumi dan menimbulkan "kiamat" masih menjadi kewaspadaan bagi banyak kalangan. Apalagi menurut sejarah, dinosaurus musnah karena hantaman asteroid.

Kini, sebuah asteroid besar diperkirakan akan melintas dekat bumi pada 16 Desember 2017, sekitar seminggu lebih sedikit sebelum natal.

Asteroid berdiameter sekitar 5 kilometer tersebut diberi nama 3200 Phaeton. Nama tersebut terinspirasi dari nama dewa Yunani yang menurut legenda hampir membakar bumi.

Tentu nama tersebut diberikan bukan tanpa alasan. Pasalnya, asteroid ini diklasifikasikan sebagai "berpotensi bahaya" oleh Minor Planet Center.

Meski begitu, 3200 Phaeton telah dikonfirmasi tidak mungkin menghancurkan planet kita.

Baca juga: Asteroid Alien Oumuamua Ternyata Lebih Unik dari Perkiraan Sebelumnya

Dirangkum dari Mirror, Jumat (24/11/2017), asteroid ini akan berlalu dalam jarak 10 juta kilometer dari bumi, yang relatif dekat dalam ruang angkasa. Namun tak perlu khawatir, jarak tersebut masih sekitar 27 kali jarak anatar bumi dan bulan.

Pada kesempatan kali ini, para ilmuwan dari laboratorium Propulsi Jet NASA berencana untuk mendapatkan model asteroid dalam 3D yang terperinci, yang memiliki bentu yang sangat tidak biasa.

Lalu apa itu 3200 Phaeton?


Asteroid ini pertama kali terdeteksi pada Desember 2007. Benda ini dianggap sebagai tubuh induk dari hujan meteorid Geminid, yang tahun ini puncaknya terjadi pada 13 Desember 2017.

Hal ini membuat Geminid sebagai satu di antara dua hujan meteor yang tidak berasal dari komet. Hujam meteor lainnya bernama Quadranids yang terjadi pada Januari 2017.

Perbedaan utama antara asteroid dan komet terletak pada komposisinya. Asteroid terdiri dari logam dan bahan berbatu, sedangkan komet terbuat dari bahan es, debu, dan batu.

Komet yang mendekati matahari kehilangan material dengan masing-masing orbit, karena beberapa es akan mencair dan menguap sehingga membentuk ekor.

Meski 3200 Phaeton terlihat seperti asteroid sepanjang waktu, tapi kadang-kadang ia menunjukkan tingkat aktivitas yang rendah saat mendekati matahari. Karena itulah, beberapa asteroid berpendapat bahwa benda ini merupakan inti komet yang tidak aktif.

Baca juga: Aloha, Asteroid Alien yang Kunjungi Tata Surya Kita Punya Nama Baru

Sebagai asteroid yang melintasi bumi dalam jarak sangat dekat sejak 1974 (hingga 2093), para ilmuwan akan mengamati dengan seksama untuk mencoba mendeteksi "rok" yang terlihat pada pengamatan radar inti komet aktif.

Bisakah kita melihatnya?

Menurut NASA, 3200 Phaeton akan terlihat kecil dalam pengamatan teleskop para pengamat berpengalam di daerah langit gelap.

Benda langit ini akan terdeteksi selama tiga minggu, tapi akan paling terang antara 11-21 Desember 2017.

Jika Anda tidak melihat asteroid itu sendiri, pastikan untuk melihat hujan meteor Geminids. Hujan meteor tersebut akan memberikan pertunjukkan spektakuler di akhir tahun dengan 100 meteor jatuh setiap malam.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber Mirror


Video Pilihan Video Lainnya >

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Seberapa Akurat Ingatan Masa Kecil Kita?

Seberapa Akurat Ingatan Masa Kecil Kita?

Kita
Seperti Apa Gejala Virus Nipah yang Parah?

Seperti Apa Gejala Virus Nipah yang Parah?

Oh Begitu
Seperti Apa Hiu Tertua yang Berusia Ratusan Tahun?

Seperti Apa Hiu Tertua yang Berusia Ratusan Tahun?

Oh Begitu
Apakah Ikan Air Asin Bisa Hidup di Air Tawar?

Apakah Ikan Air Asin Bisa Hidup di Air Tawar?

Oh Begitu
8 Cara Menjaga Kesehatan Saat Cuaca Panas Ekstrem

8 Cara Menjaga Kesehatan Saat Cuaca Panas Ekstrem

Oh Begitu
Apa Penyebab Cuaca Panas Ekstrem di Indonesia?

Apa Penyebab Cuaca Panas Ekstrem di Indonesia?

Oh Begitu
Mengapa Tidak Ada Narwhal di Penangkaran?

Mengapa Tidak Ada Narwhal di Penangkaran?

Oh Begitu
Bagaimana Wortel Bisa Berwarna Oranye?

Bagaimana Wortel Bisa Berwarna Oranye?

Oh Begitu
Apakah Aman Makan Sushi?

Apakah Aman Makan Sushi?

Kita
Fakta Menarik Kentut, Hasilkan 500 Mililiter Gas Per Hari (Bagian 1)

Fakta Menarik Kentut, Hasilkan 500 Mililiter Gas Per Hari (Bagian 1)

Kita
Apa yang Harus Dilakukan untuk Mengelola Sampah?

Apa yang Harus Dilakukan untuk Mengelola Sampah?

Kita
Sains Jelaskan Manfaat Jus Bawang Bombai untuk Rambut Rontok

Sains Jelaskan Manfaat Jus Bawang Bombai untuk Rambut Rontok

Oh Begitu
Apa Manfaat Air Cucian Beras untuk Kesehatan?

Apa Manfaat Air Cucian Beras untuk Kesehatan?

Oh Begitu
Penyebab Cegukan dan Cara Mengatasinya

Penyebab Cegukan dan Cara Mengatasinya

Oh Begitu
Mengapa Ikan Bau Amis?

Mengapa Ikan Bau Amis?

Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com