Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertama Kali dalam Sejarah, Asteroid Alien Datangi Tata Surya Manusia

Kompas.com - 27/10/2017, 07:00 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Hari Rabu (25/10/2017), Minor Planet Center (MPC) merilis dalam situsnya sebuah pernyataan resmi tentang adanya asteroid yang diduga dari tata surya lain dan terlihat dari bumi.

MPC sendiri merupakan organisasi resmi yang mengumpulkan data tentang asteroid dan komet. Ia beroperasi di Smithsonian Astrophysical Observatory, yang merupakan bagian dari Pusat Astrofisika bersama dengan Observatorium Harvard College.

Pada rilis awal, MPC menyebutkan bahwa asteroid itu terlihat saat pengamatan menggunakan teleskop PAN-STARRS 1 di Halekala, Maui, Hawaii oleh sejumlah astronom. Awalnya, asteroid itu sempat dikira sebagai komet dan dinamai C/2017 U1.

Namun, observasi selanjutnya menyimpulkan bahwa obyek yang diamati pertama kali pada 18 Oktober 2017 lalu itu sebagai asteroid. Kini, MPC mengubah nama obyek tersebut menjadi A/2017 U1.

Baca juga: Ternyata, Komet Raksasa di Tata Surya 7 Kali Lebih Banyak dari Dugaan

Marufin mengatakan, asteroid ini unik. Dengan orbit dan ekstremitasnya, dia menyebut sebagai asteroid alien. "Ini merupakan asteroid pertama dari luar tata surya. Dari bagian mana, yang jelas dari wilayah antarbintang, kita tidak tahu persisnya," katanya.

Dalam astronomi, benda langit yang berasal dari wilayah antarbintang kerap disebut sebagai benda langit yatim. Itu karena benda tersebut tidak memiliki bintang induk yang menarik dirinya.

Sebelum ditemukan, para astronom mencatat A/2017 U1 pernah berada paling dekat dengan matahari pada 9 Oktober 2017. Biasanya, ketika komet dekat dengan matahari, ia akan terbakar dan pecah.

Baca juga: Bantu Misi Pendaratan Pertama di Komet, Rosetta Bunuh Diri Malam Ini

Namun berdasarkan tingkat kecerahannya, Bill Gray, seorang pembuat aplikasi astrometri memperkirakan bahwa benda tersebut memiliki diameter sekitar 160 meter jika itu adalah batu dengan tingkat reflektifitas 10 persen.

"Ia melewati matahari dengan sangat cepat," kata Gray dikutip dari Sky and Telescope, Rabu (25/10/2017). "Dan mungkin belum sempat cukup memanaskan benda itu untuk pecah." sambungnya.

Benda itu berada paling dekat dengan bumi pada tanggal 14 Ontober 2017 dengan jarak sekitar 24 juta kilometer. Saat ini benda tersebut secara konsisten menjauhi bumi.

Karakter asli benda tersebut mulai lebih jelas setelah Karen Meech dari University of Hawaii mencatat serangkaian gambar dengan teleskop sangat besar, yang ketika ditumpuk, menunjukkan bahwa benda itu adalah asteroid.

Baca juga: Terungkap, Inilah Rencana Penyelamatan Bumi dari Serangan Asteroid

Sementara hal yang menjadi penguat bahwa benda asing ini berasal dari luar tata surya bukanlah dari derajat orbitnya yang sangat tinggi, yaitu 122 derajat. Namun secara lebih kritis, eksentrisitasnya sangat hiperbolik.

Temuan asteroid di luar tata surya ini sendiri membuktikan bahwa masih banyak benda-benda langit yang tidak terikat pada satu bintang.

"Dari sisi astronomi, ini membuktikan bahwa jagat raya khususnya galaksi Bima Sakti kita mengandung benda-benda langit yang memang tak terikat ke satu bintang tertentu," ujar Marufin.

Marufin juga menjelaskan bahwa sebenarnya sudah lama diketahui bahwa ada benda langit yang tidak terikat pada bintang tertentu.

"Dalam khasanah keplanetan, kita sudah lama mengenal adanya kelompok planet yatim alias planet antar-bintang. Yakni planet berukuran besar (antara sebesar Bumi hingga Jupiter) yang melanglang buana di ruang antar-bintang." tutup Marufin.
 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau