KOMPAS.com - Peradaban Mesir Kuno telah runtuh ribuan tahun lalu tapi masih menyisakan sejumlah tanda tanya. Pencarian mengenai penyebab keruntuhan peradaban kuno ini masih terus dicari oleh para peneliti.
Hasilnya, kekacauan politik bukanlah hal utama yang menyebabkan keruntuhan peradaban mesir kuno. Jatuhnya mesir kuno lebih dari 2.000 tahun yang lalu juga dipicu oleh letusan gunung berapi.
Baca juga: Seperti Apa Tempat Mumifikasi Mesir Kuno Berusia 2400 Tahun?
Dalam sebuah studi multi disiplin yang melibatkan gabungan peneliti internasional, tim menemukan kaitan antara letusan besar gunung berapi dengan pemberontakan sosial yang terjadi di Dinasti Ptolemeus (305-30 SM), dinasti kuat yang memerintah setelah Aleksander Agung.
Dinasti kemudian runtuh pada masa pemerintahan Cleopatra, ratu Mesir yang terkenal dengan kecantikannya serta aksi bunuh dirinya dengan menggunakan bisa ular.
Penelitian yang dipublikasikan di Nature Communications baru-baru ini, secara khusus melihat bagaimana letusan gunung berapi mempengaruhi peradaban di sekitar Sungai Nil.
"Orang-orang Mesir Kuno bergantung pada banjir musim panas Nil untuk menumbuhkan hasil pertanian mereka," kata Yale Joseph Manning, peneliti dalam studi ini seperti dikutip dari Newsweek, Selasa (17/10/2017).
Karena ketergantungan ini, setiap perubahan besar di Sungai Nil akan memiliki pengaruh langsung terhadap masyarakat. Jika hasil panen kurang, maka harga pangan akan naik dan orang-orang akan menderita.
Baca Juga: Patung Berumur 4.300 Tahun Ungkap Cerita tentang Firaun Mesir
Untung saja saat pemerintahan Ptolemeus, catatan terperinci yang berkaitan dengan ekonomi dan pemberontakan disimpan, yang artinya peneliti bisa melihat kembali dengan jelas ketika periode itu terjadi, sekaligus memahami faktor lingkungan yang menyebabkan masalah di Sungai Nil.
Tim menganalisi catatan inti es, yang memberi mereka informasi tentang kapan letusan gunung berapi besar terjadi, termasuk bahan kimia yang dilepaskan selama letusan tersebut. Jadi ibarat kapsul waktu dari kejadian-kejadian geologi.
Mereka juga melihat Nilometer islam, yang menyediakan catatan sejarah ketinggian muka air di Sungai Nil.
Temuan menunjukkan jika letusan gunung berapi memiliki dampak langsung pada Sungai Nil.
Gas belerang yang dilepaskan ke atmosfer mempengaruhi curah hujan di dataran tinggi Ethiopia dan berakibat pada habisnya aliran air di sungai.
Lalu peneliti membandingkan aktivitas gunung berapi dengan catatan sosial dan menemukan korelasi antara keduanya.
Baca Juga: Makam Putri Mesir Ditemukan dalam Piramida Berumur 3.800 Tahun
"Pada tahun-tahun terjadinya letusan gunung berapi, banjir di Sungai Nil pada umumnya berkurang, menyebabkan tekanan sosial yang dapat memicu kerusuhan dan konsekuensi politik serta ekonomi," kata Manning.
"Mesir dan Sungai Nil sangat sensitif dengan perubahan iklim. Mesir menyediakan laboratorium sejarah yang unik untuk mempelajari kerentanan sosial dan respon terahadap guncangan vulkanik yang tiba-tiba. Dengan melihat waktu letusan, kita dapat melihat pergerakan masyarakat. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah kuno di mana kita bisa mulai berbicara tentang dinamika masyarakat," tambahnya.
Tim peneliti juga mengatakan temuan tersebut masih relevan bagi dunia saat ini. Kejatuhan dari kerjaaan Ptolemeus menunjukkan contoh kepada semua wilayah yang saat ini bergantung pada musim hujan.
"Kita hidup dalam periode di mana kita cukup tenang dalam hal letusan gunung berapi yang bisa mempengaruhi iklim," kata Manning.
"Banyak gunung berapi meletus setiap tahun namun tidak mempengaruhi sistem iklim seperti letusan di masa lalu. Namun cepat atau lambat kita akan mengalaminya dan mungkin akan mengakibatkan kekeringan di beberapa daerah," lanjutnya.
Baca Juga: Arkeolog Temukan Makam Ahli Emas Kerajaan Mesir
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.