Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

11 Mitos tentang Virus Corona yang Tak Usah Dipercaya Lagi

Kompas.com - 03/03/2020, 10:13 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Bukti menunjukkan bahwa virus melewati hewan perantara sebelum menginfeksi manusia.

Demikian pula, virus SARS melompat dari kelelawar ke musang (mamalia kecil, nokturnal) dalam perjalanannya ke manusia, sedangkan MERS menginfeksi unta sebelum menyebar ke manusia.

4. Mitos: Virus SARS-CoV-2 terbentuk di laboratorium

Hingga saat ini, tak ada satu pun bukti yang menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 adalah buatan manusia.

SARS-CoV-2 sangat mirip dengan dua virus corona lain yang juga memicu wabah beberapa tahun lalu, yakni SARS-CoV dan MERS-CoV.

Baik SARS-CoV-2, SARS-CoV, maupun MERS-CoV tampaknya berasal dari kelelawar.

5. Mitos: Orang yang terinfeksi Covid-19 pasti akan meninggal

Ini tidak benar. Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China pada 18 Februari 2020, sekitar 81 persen orang yang terinfeksi merupakan Covid-19 ringan.

Sekitar 13,8 persen melaporkan penyakit parah, yang berarti mereka mengalami sesak napas, atau membutuhkan oksigen tambahan, dan sekitar 4,7 persen kritis.

Ini berarti, mereka menghadapi kegagalan pernapasan, kegagalan multi-organ atau syok septik.

Data sejauh ini menunjukkan bahwa hanya sekitar 2,3 persen orang yang terinfeksi Covid-19 meninggal akibat virus.

Orang-orang yang lebih tua atau memiliki kondisi kesehatan buruk tampaknya paling berisiko mengalami penyakit parah atau komplikasi.

6. Mitos: Hewan peliharaan dapat menyebarkan virus SARS-CoV-2

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tidak ada bukti bahwa hewan peliharaan, seperti kucing dan anjing, dapat terinfeksi virus corona, apalagi menyebarkannya ke manusia.

"Yang paling penting adalah mencuci tangan dengan sabun dan air setelah kontak dengan hewan peliharaan," catat WHO.

Tindakan itu melindungi Anda dari bakteri umum, termasuk E.coli dan Salmonella, yang dapat menyebar dari hewan peliharaan dan manusia.

7. Mitos: Anak-anak tak akan terkena Covid-19

Anak-anak pasti dapat terkena Covid-19, meski beberapa statistik awal menunjukkan bahwa anak-anak lebih kecil kemungkinan tertular virus daripada orang dewasa.

Sebuah studi China dari Provinsi Hubei menemukan bahwa lebih dari 44.000 kasus Covid-19, sekitar 2,2 persen melibatkan anak-anak di bawah usia 19 tahun.

Sebaliknya, anak-anak lebih cenderung tertular influenza pada tahun tertentu dibandingkan dengan orang dewasa.

Dilaporkan Live Science, jumlah kasus virus corona yang didiagnosis pada anak-anak mungkin dianggap remeh, dalam studi kasus dari China, anak-anak tampaknya kecil kemungkinan mengembangkan penyakit yang lebih parah.

Dengan demikian, sangat mungkin bahwa banyak anak dapat terinfeksi dan menularkan penyakit ini tanpa menunjukkan banyak gejala.

8. Mitos: Gejala Covid-19 mudah dikenali

Hal ini tidak benar. Covid-19 menyebabkan berbagai gejala, banyak di antaranya muncul seperti penyakit pernapasan lain, termasuk flu dan pilek.

Secara khusus, gejala umum Covid-19 termasuk demam, batuk dan kesulitan bernapas, serta gejala yang lebih jarang, termasuk pusing, mual, muntah, dan pilek.

Dalam kasus yang parah, penyakit ini dapat berkembang menjadi penyakit seperti radang paru-paru yang serius.

Namun, pada awalnya, orang yang terinfeksi mungkin tidak menunjukkan gejala sama sekali.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com