KOMPAS.com - Robot China Yutu-2 di Bulan membuat penemuan mengejutkan.
Rupanya, debu halus di sisi jauh Bulan bisa mencapai ketebalan 12 meter, cukup tebal untuk membuat gunung.
Hal ini ditemukan setelah para peneliti di Akademi Iptek China, Beijing menganalisis data yang dikumpulkan oleh radar Yutu-2 di daerah cekungan Kutub Utara-Aitken, kawah terbesar dan tertua di Bulan.
Robot Yutu-2 datang ke Bulan pada Januari 2012 dengan menumpang wahana Chang'e 4. Sejak berpisah dari Chang'e 4, sudah setahun lamanya Yutu-2 menjelajah cekungan Kutub Utara-Aitken.
Baca juga: Robot Penjelajah China tampilkan Pemandangan dari Sisi Jauh Bulan
Setelah terus-terusan mengirimkan foto dan video permukaan sisi jauh Bulan, kini Yutu-2 mengumpulkan data hingga kedalaman 40 meter di bawah permukaan Bulan dengan menggunakan radar berfrekuensi tinggi.
Pada kedalaman 12 meter pertama, Yutu-2 hanya menemukan debu halus.
Yan Su dari Akademi Iptek China yang ikut menganalisis data berkata bahwa debu ini mungkin berasal dari tumbukan meteorit kecil dan paparan radiasi matahari yang perlahan-lahan menghancurkan tanah terluar Bulan.
Kemudian, pada kedalaman 12 hingga 24 meter di bawah permukaan Bulan, Yutu-2 menemukan adanya batuan-batuan besar yang kemungkinan merupakan sisa-sisa dari tabrakan asteroid dan meteorit.
Baca juga: Wahana China Sukses Tumbuhkan Tanaman Kapas di Bulan
Di bawah itu, ada berlapis-lapis tanah halus dan tanah kasar. Su menjelaskan bahwa lapisan kasar mungkin sisa-sisa tumbukan asteroid dan meteorit, sementara lapisan halus mungkin terbentuk perlahan-lahan secara sendirinya tanpa perlu ada tumbukan.
Meski mengejutkan, Su juga berkata bahwa lapisan di lokasi eksplorasi Yutu-2 tidak sekompleks lokasi pendaratan Chang'e 4.
Pasalnya, di lokasi pendarat Chang'e 4, ditemukan lapisan lava tebal yang terkubur di bawah permukaan. Ini menunjukkan adanya kejadian vulkanik di masa lalu.
"Struktur di bawah permukaan lokasi pendaratan Chang'e 4 lebih kompleks dan menunjukkan adanya konteks geologis yang benar-benar berbeda," katanya.
Baca juga: Pendaratan di Bulan sampai Video Call, 7 Prediksi Sci-fi yang Jadi Nyata
Sementara itu, mengomentari temuan yang telah dipublikasikan dalam jurnal Science Advances, peneliti senior di Lunar and Planetary Institute yang tidak terlibat dalam studi David Kring mengaku cukup terkejut.
"Itu regolith (lapisan apa pun yang menutupi batuan padat) yang banyak sekali. Harus dipikirkan," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.