Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Astronom Temukan Bukti Ledakan Terbesar Sejagat setelah Big Bang

Kompas.com - 29/02/2020, 17:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber BBC News

KOMPAS.com - Para ilmuwan mendeteksi adanya bukti ledakan dahsyat di ruang angkasa yang lima kali lebih besar dibanding ledakan apapun yang pernah diamati sebelumnya.

Pelepasan energi yang sangat besar itu diperkirakan berasal dari lubang hitam supermasif, yang berjarak sekitar 390 juta tahun cahaya dari Bumi.

Menurut para ahli, ledakan itu meninggalkan bekas penyok raksasa di kluster galaksi Ophiuchus.

Hal ini pun telah dilaporkan di jurnal ilmiah The Astrophysical.

Baca juga: Nyaris Terlewat, Ledakan Meteor di Langit Rusia Setara 5 Bom Nuklir Nagasaki

"Saya mencoba menjelaskan ledakan ini ke dalam istilah manusia, tapi sangat sulit," ungkap anggota penulis jurnal Melanie Johnston-Hollitt kepada BBC News, Jumat (28/2/2020).

Para astronom sejak lama berpikir ada yang aneh dengan gugus galaksi Ophiucus, yang merupakan satu kumpulan raksasa yang terdiri dari ribuan galaksi, gas panas, dan materi gelap atau dark matter.

Teleskop sinar X dari AS dan Eropa menemukan ada lengkungan di bagian tepi yang aneh di sana.

Mereka berspekulasi, lengkungan tersebut adalah tepi lubang pada gas panas yang dibuat oleh emisi dari lubang hitam di pusat galaksi.

Lubang hitam terkenal akan kemampuannya mengisap materi yang jatuh ke dalamnya, tapi ia juga bisa mengeluarkan materi dan energi dalam jumlah yang sangat banyak dalam bentuk aliran atau jet.

Namun para ilmuwan awalnya meragukan penjelasan itu karena lubangnya begitu besar, sepadan dengan 15 galaksi Bima Sakti.

Itu berarti ledakan lubang hitam, bila memang terjadi, harus begitu dahsyat sehingga menciptakan lubang selebar itu.

Baca juga: Begini Bentuk Molekul Pertama di Alam Semesta Setelah Big Bang

Namun data teleskop baru dari Murchison Widefield Array (MWA) di Australia dan Giant Metrewave Radio Telescope (GMRT) tampaknya mengkonfirmasi teori tersebut.

"Dalam beberapa hal, ledakan ini mirip dengan letusan Gunung St. Helens pada tahun 1980 yang menghancurkan puncak gunung tersebut," kata Simona Giacintucci dari Naval Research Laboratory di Washington, DC, dan peneliti utama dalam studi ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau